ANKARA (Arrahmah.com) – Seorang pejabat senior Turki mengatakan Ankara telah membagi informasi untuk Perancis mengenai salah satu penyerang Paris, dua kali selama tahun lalu, namun tidak mendapat respon apapun dari otoritas Perancis.
Sejumlah negara termasuk Perancis, Belgia dan Turki terus memeriksa kekurangan keamanan yang memungkinkan serangan mematikan pada Jum’at (13/11/2015) terjadi di ibukota Perancis, Paris.
Serangan tersebut diklaim oleh Daulah Islam-yang lebih dikenal dengan sebutan ISIS-yang menewaskan sedikitnya 129 orang dan melukai lebih dari 350.
Seorang pejabat senior Turki memberikan informasi latar belakang kepada Al Jazeera pada Senin (16/11/2015) tentang salah satu penyerang yang berusia 29 tahun dan warga asli Paris, Omar Ismail Mostefai, yang akhirnya meninggal saat melakukan penyerangan di gedung konser Bataclan pada Jum’at malam.
Pejabat tersebut mengatakan Mostefai memasuki Turki di tahun 2013 dan tidak ada catatan mengenai kepergiannya.
Pada bulan Oktober 2014, Perancis meminta informasi intelijen dari Turki mengenai empat orang “tersangka teroris”, kata pejabat tersebut yang menambahkan bahwa selama penyelidikan mereka, otoritas Turki mengidentifikasi Mostefai sebagai tersangka kelima.
Pemerintah Turki memberitahu otoritas Perancis sebanyak dua kali-pada bulan Desember 2014 dan Juni 2015-mengenai Mostefai.
“Ini bukan waktunya untuk bermain game menyalahkan, tapi kami mendorong untuk berbagi informasi di atas untuk menjelaskan sejarah perjalanan Omar Ismail Mostefai ini,” ujar pejabat Turki kepada Al Jazeera.
“Kasus ini jelas, menetapkan bahwa berbagi informasi intelijen dan komunikasi yang efektif sangat penting untuk upaya ‘kontra-terorisme’. Pemerintah Turki mengharapkan kerjasama yang lebih erat dari sekutu-sekutunya di masa depan.”
Dalam pidato di KTT G20 pada Senin (16/11), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mendesak untuk lebih sering berbagi informasi intelijen di antara mereka yang hadir.
Setelah serangan Paris, polisi Perancis telah melakukan penggerebekan di 168 lokasi di seluruh negeri dan menangkap 23 orang yang mereka tuduh sebagai anggota sebuah sel tidur di balik serangan Paris. (haninmazaya/arrahmah.com)