ANKARA (Arrahmah.id) — Turki menjadi negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pertama yang berencana bergabung ke Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) bersama Rusia dan Cina.
Rencana itu muncul lewat pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan setelah ia datang ke Konferensi Tingkat-Tinggi (KTT) SCO di Uzbekistan pada Jumat (16/9/2022).
“Saat ini, proses kami selanjutnya adalah langkah untuk menyelesaikan itu. Itu tujuan kami,” kata Erdogan saat membalas pernyataan jurnalis terkait apakah Turki menimbang bergabung menjadi anggota SCO, dalam Anadolu Agency (18/9).
“Hubungan kami dengan negara-negara tersebut bakal berubah ke posisi yang berbeda dengan langkah ini,” kata Erdogan saat membahas tentang SCO dengan sejumlah jurnalis di Samarkand, dikutip dari South China Morning Post.
Erdogan juga menuturkan Turki memiliki hubungan “sejarah dan budaya” dengan Benua Asia. Turki juga tertarik mengambil peran di SCO yang merepresentasikan “30 persen dari produk domestik bruto (PDB) global.”
Pernyataan Erdogan ini muncul setelah Turki masih belum berhasil melakukan pertemuan tatap muka dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dalam pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York.
Informasi ini disampaikan oleh sejumlah orang yang familiar dengan isu tersebut.
Di sisi lain, Turki telah berhubungan dengan SCO sejak 2013. Kala itu, Ankara menandatangani kesepakatan kemitraan dengan organisasi tersebut.
Namun, keanggotaan penuh Turki di SCO dapat memberikan Erdogan manfaat baru untuk melawan Barat dan membuka celah memperbaiki ekonomi negara itu.
Hubungan Turki dengan sekutu Barat juga semakin berkurang sejak Erdogan berkuasa. Erdogan dinilai sering mengecewakan dan kurang setia kawan dengan NATO kala membahas isu keamanan, khususnya Kurdi dan Yunani. (hanoum/arrahmah.id)