ANKARA (Arrahmah.com) – Turki berkomitmen untuk tetap dalam perjanjian Montreux 1936 yang mengatur bagian-bagian di Selat Bosporus, kata Recep Tayyip Erdogan pada Senin (5/4/2021), dilansir Anadolu.
“Kami saat ini tidak memiliki upaya atau niat untuk meninggalkan Konvensi Montreux,” tutur presiden Turki itu kepada wartawan setelah pertemuan para pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) yang berkuasa, menambahkan bahwa pemerintahannya tidak akan ragu di masa depan untuk meninjau setiap perjanjian yang menginisialkan tawaran yang lebih baik untuk Turki.
Pertemuan itu diadakan untuk membahas pernyataan kontroversial oleh pensiunan laksamana Turki yang meminta pemerintah untuk tidak membuka konvensi yang ditandatangani 1936 itu untuk diperdebatkan, sebuah pernyataan yang membuat banyak orang menuduh mantan perwira tersebut merencanakan kudeta terhadap pemerintah.
Menyebut pernyataan itu “ngelindur”, Erdogan mengatakan tidak ada pensiunan pejabat publik yang memiliki hak untuk menggunakan pernyataan tersebut secara kolektif.
“Kebebasan berbicara tidak dapat mencakup hukuman yang mengancam pemerintahan terpilih dengan kudeta,” ujarnya.
“Cara penyelesaian masalah melalui hukum dan demokrasi dijadikan alasan untuk pernyataan yang menyiratkan kudeta merupakan ancaman nyata bagi Konstitusi,” tambah Erdogan.
Erdogan mengatakan konvensi Montreux dicapai setelah negosiasi panjang dan bahwa kendali atas selat Bosporus diserahkan ke Turki alih-alih kepada komisi internasional dengan “banyak batasan”.
Menekankan bahwa konvensi itu adalah langkah maju bagi Turki mengingat konteks historisnya, Erdogan mengatakan negara itu akan tetap berpegang pada kesepakatan sampai menemukan peluang untuk kesepakatan yang lebih baik, tetapi juga menunjuk pada masalah-masalah seperti navigasi yang aman dan kehilangan waktu karena lalu lintas yang padat di selat tersebut.
“Setiap upaya untuk menghubungkan perjanjian dengan proyek besar-besaran Kanal Istanbul – yang akan menyediakan rute alternatif ke Laut Hitam – pada dasarnya salah arah,” kata Erdogan, menambahkan.
“Sambil mengurangi beban maritimnya yang berat di Bosporus berkat Kanal Istanbul, Turki juga akan mendapatkan alternatif di bawah kedaulatan penuhnya di luar batasan Montreux. Ini adalah [bagian dari] perjuangan kami untuk kedaulatan.”
Pada Minggu (4/4), mantan laksamana memposting pernyataan online yang mendesak penghindaran retorika atau tindakan apa pun yang dapat membuat Konvensi Montreux menjadi bahan perdebatan. Jaksa di ibu kota Ankara kemudian memulai penyelidikan terhadap orang-orang di balik pernyataan itu.
Pernyataan kontroversial itu juga mengecam dugaan “upaya” untuk menunjukkan Angkatan Bersenjata Turki dan Angkatan Laut menyimpang dari jalur yang ditetapkan oleh Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Turki modern.
Ia juga memperingatkan bahwa “Turki dapat menghadapi peristiwa berbahaya, risiko, dan ancaman terhadap kelangsungan hidupnya, sesuatu yang kita ketahui dari sejarah kita.” (Althaf/arrahmah.com)