ANKARA (Arrahmah.id) – Pemerintah dan Presiden Turki menyatakan dukungannya kepada pemerintah Rusia selama upaya kudeta yang gagal oleh kelompok tentara bayaran Wagner pada akhir pekan lalu, dan menawarkan bantuan untuk mencari penyelesaian atas masalah tersebut.
Setelah berbulan-bulan ketegangan antara kelompok Wagner dan Kementerian Pertahanan Rusia karena kurangnya pasokan senjata dan bala bantuan untuk para pejuang kelompok tersebut di Ukraina, pemimpin organisasi tentara bayaran tersebut, Yevgeny Prigozhin, mengumumkan pawai ke Moskow dan mendesak warga Rusia untuk menentang pemerintah.
Para pejuang paramiliter menyeberangi perbatasan ke Rusia, menguasai kota Rostov-on-Don, ketika kelompok itu mengirim konvoi bersenjata dalam perjalanan menuju ibu kota Rusia dan banyak warga Rusia menyatakan dukungannya kepada tentara bayaran. Situasi ini tampaknya membuat Rusia semakin dekat dengan perang saudara dibandingkan dengan yang pernah terjadi dalam satu abad terakhir.
Menurut sebuah pernyataan dari Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki kemarin, Presiden Recep Tayyip Erdogan, pada Sabtu, mengadakan pembicaraan telepon dengan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, dimana ia menyatakan kesiapan Ankara untuk berkontribusi pada penyelesaian damai terhadap situasi di Rusia, lansir MEMO (26/6/2023).
Erdogan dilaporkan “menekankan pentingnya bertindak sesuai dengan akal sehat”, serta menyatakan bahwa Turki “siap memberikan kontribusinya sendiri untuk menyelesaikan situasi dengan cara yang damai dan tenang sesegera mungkin”. Pernyataan tersebut juga mengungkapkan bahwa Erdogan dan Putin “menekankan bahwa tidak ada yang boleh mengambil keuntungan dari peristiwa di Rusia”.
Situasi dan potensi pemberontakan, untuk saat ini, telah mereda setelah Presiden Belarusia, Aleksandr Lukashenko, memediasi kesepakatan yang dilaporkan antara pemerintah Rusia dan kelompok Wagner. Meskipun rincian lengkap dari kesepakatan tersebut belum diumumkan atau diungkapkan sepenuhnya, perjanjian itu memungkinkan para pejuang dan anggota Wagner untuk menarik diri ke Belarus sebagai imbalan bagi Moskow untuk membatalkan tuduhan pengkhianatan dan menahan diri untuk tidak menghukum Prigozhin dan tentara bayarannya. (haninmazaya/arrahmah.id)