ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada menteri luar negeri Bahrain bahwa perselisihan yang sedang berlangsung antara Qatar dan negara-negara Teluk Arab lainnya harus dipecahkan sebelum bulan Ramadhan berakhir, menurut menteri luar negeri Turki pada Sabtu (10/6/2017), lansir Deutsche Welle.
Dalam sebuah konferensi pers bersama dengan menteri luar negeri Bahrain, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki akan melanjutkan usaha untuk mengakhiri perselisihan regional yang telah mengisolasi Qatar, DW menulis.
Langkah tersebut dilakukan setelah Arab Saudi mengeluarkan daftar 59 orang yang dituduh mendukung terorisme, termasuk anggota keluarga kerajaan Qatar.
“Pertarungan terorisme dan ekstremisme bukan lagi pilihan, melainkan sebuah komitmen yang menuntut tindakan tegas dan cepat untuk memotong semua sumber pendanaan untuk terorisme tanpa mempedulikan pemodalnya,” kantor berita resmi Saudi Press Agency, mengutip sebuah sumber pemerintah.
Doha membantah tuduhan tersebut.
Pekan lalu, Arab Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Teluk tersebut, dengan alasan keterkaitannya dengan teror. Ketegangan telah terjadi selama bertahun-tahun, dimana negara-negara Teluk dan Mesir mempresentasikan hubungan Qatar dengan gerakan Ikhwanul Muslimin sebagaimana dengan sponsornya terhadap jaringan televisi pan-Arab Al Jazeera.
Mengomentari krisis tersebut, Menteri Luar Negeri Jerman Sigmar Gabriel mengkritik perubahan sikap “dramatis” antara negara-negara yang saling bertetangga tersebut dan mendesak dialog.
“Ada bahaya bahwa perselisihan ini berubah menjadi perang,” Gabriel mengatakan kepada Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung.
Gabriel menambahkan bahwa dia telah berbicara dengan rekan-rekannya dari Arab Saudi, Qatar, Turki, Iran, dan Kuwait mengenai masalah ini.
“Setelah melakukan percakapan pekan ini, saya tahu betapa serius situasinya. Namun, saya juga percaya ada celah untuk mengatasinya,” katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga menyerukan sebuah solusi politik untuk perselisihan diplomatik pada Jum’at (9/6).
Namun, rekannya dari Amerika, Donald Trump, menuduh bahwa Qatar telah menjadi sponsor terorisme “tingkat tinggi” selama bertahun-tahun. Dia meminta Qatar untuk “mengakhiri pendanaan itu.”
Pentagon telah memperingatkan bahwa blokade udara, darat dan air negara Teluk telah menghambat AS untuk merencanakan operasi jangka panjang di wilayah ini.
Sementara Qatar sendiri adalah anggota koalisi pimpinan AS melawan ISIS. (althaf/arrahmah.com)