ANKARA (Arrahmah.com) – Turki, Rusia dan sekutu mereka masing-masing telah memasuki suatu perang kata-kata tentang jatuhnya pesawat tempur Rusia dekat perbatasan Turki-Suriah.
Pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-24, ditembak jatuh karena melanggar wilayah udara Turki pada Selasa pagi, ungkap para pejabat Turki, dimana hal ini memicu kemarahan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyamakan insiden tersebut sebagai “menikam dari belakang”, sebagaimana dilansir oleh Al Jazeera, Rabu (25/11/2015).
Pesawat itu jatuh di wilayah Suriah di desa Ramadi, Latakia.
“Kehilangan hari ini terkait dengan penikaman dari belakang yang diberikan kepada kami oleh kaki tangan ‘teroris’. Saya tidak dapat menyebut apa yang terjadi hari ini sebagai sesuatu yang lain,” kata Putin yang tampak marah dalam komentar yang disiarkan televisi.
“Pesawat kami ditembak jatuh di atas wilayah Suriah oleh rudal air-to-air dari jet F-16 Turki. Pesawat itu jatuh di wilayah Suriah empat kilometer dari perbatasan Turki. Pilot dan pesawat kami tidak mengancam Turki sama sekali.”
Rusia telah melakukan serangan udara di Suriah sejak September yang dikatakan untuk menargetkan ISIS. Akan tetapi, oposisi Suriah dan kekuatan Barat mengatakan bahwa serangan Rusia terutama ditujukan kepada kelompok oposisi yang memerangi rezim Suriah – sekutu Moskow.
Putin juga mengkritik tajam Turki yang membangun kontak dengan NATO untuk membahas insiden tersebut, sebelum menghubungi Moskow.
“Alih-alih segera membangun kontak dengan kami, sejauh yang kami tahu Turki menghubungi NATO untuk membahas insiden ini – seolah-olah kita yang telah menyerang pesawat mereka dan bukan sebaliknya,” kata Putin.
Akan tetapi, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, mengatakan bahwa Turki memiliki kewajiban untuk bertindak terhadap siapa pun yang melanggar perbatasan.
“Semua orang harus tahu bahwa itu adalah hak internasional dan tugas nasional kami untuk mengambil tindakan terhadap siapapun yang melanggar batas udara atau tanah kami,” kata Davutoglu di Ankara.
“Turki tidak akan ragu untuk mengambil semua tindakan untuk melindungi keamanan negara.”
Menyusul insiden yang terjadi pada hari Selasa, kementerian pertahanan Rusia mengumumkan bahwa Rusia menghentikan kerjasama militer dengan Turki dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov membatalkan perjalanan yang telah direncanakan ke Turki.
Rusia juga memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Turki, dan mengatakan bahwa Turki tidak aman, serta mengerahkan sebuah kapal perang ke pantai dekat lokasi jatuhnya pesawat.
Sementara NATO – dimana Turki adalah salah satu anggotanya – menyerukan kepada kedua negara itu untuk menahan diri, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, “Kami membela Turki dalam solidaritas dan mendukung integritas wilayah sekutu NATO kami.”
Anggota sesama NATO, Amerika Serikat, juga mendukung hak Turki untuk mempertahankan wilayahnya.
Presiden Barack Obama mengatakan bahwa sementara ini AS belum memiliki informasi yang cukup untuk membuat kesimpulan tentang insiden itu, dan konfrontasi serupa bisa dihindari jika Rusia berhenti menyerang oposisi moderat Suriah yang memerangi pasukan yang setia kepada pemerintah Presiden Bashar al-Asad.
Sementara itu, pemerintah Suriah yang didukung sekutu utamanya Rusia, dimana seorang pejabat militernya mengatakan kepada kantor berita SANA bahwa dengan menembak jatuh pesawat Rusia, Turki telah melakukan “pelanggaran berat terhadap kedaulatan Suriah”.
“Tindakan putus asa agresi hanya akan meningkatkan tekad kami untuk melanjutkan perang melawan organisasi ‘teroris’ dengan dukungan dan bantuan dari teman-teman Suriah, terutama Rusia,” kata pejabat militer Suriah.
Yang menjadi perdebatan utama dalam hal ini adalah apakah jet Rusia itu melintasi wilayah udara Turki, dimana dua negara itu merilis citra satelit mereka masin-masing yang menunjukkan pandangan yang bertentangan dari jalur penerbangan jet tersebut.
Pernyataan militer Turki mengatakan bahwa pesawat tempur Rusia itu melanggar wilayah udara Turki di provinsi Hatay dan telah diperingatkan sebanyak “10 kali dalam lima menit” sebelum kemudian ditembak jatuh pada 09:24 waktu setempat.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penetrasi wilayah udara Turki oleh jet Rusia berlangsung “hanya hitungan detik” karena pesawat itu melintas kira-kira 3 km bagian wilayahTurki yang membutuhkan waktu hanya 20 detik untuk melintasinya.
Akan tetapi, Rusia dengan tegas membantah bahwa pesawatnya pernah melintasi ke wilayah udara Turki.
Pasukan oposisi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jenazah dari kedua pilot Rusia itu ditemukan setelah kecelakaan tersebut, tapi pihak militer Rusia mengatakan hanya satu pilot yang tewas. Moskow belum mengatakan apa yang terjadi pada pilot kedua.
Sebuah helikopter Rusia juga ditembak saat mengambil bagian dalam pencarian dua pilot Rusia di dekat perbatasan Turki-Suriah, kata kelompok oposisi di Suriah.
Rusia menegaskan bahwa salah satu anggota awak helikopter ditembak mati dalam insiden itu dan awak lainnya “dievakuasi” setelah melakukan pendaratan darurat.
(ameera/arrahmah.com)