ANKARA (Arrahmah.id) — Bank sentral di dunia terus menumpuk cadangan emasnya. Pembelian emas bank sentral di dunia mencapai 44 ton pada November 2023, naik dibandingkan pada Oktober yang mencapai 42 ton.
Pembelian masif bank sentral ini dilakukan di tengah proyeksi perlambatan ekonomi global dan memanasnya konflik di Timur Tengah.
Pembelian bank sentral pada periode November 2023 masih didominasi oleh bank-bank yang menjadi pembeli tetap sepanjang tahun ini.
Pembeli utama semuanya berasal dari pasar negara berkembang. Bank Sentral Turki menambahkan emas terbanyak pada bulan ini 25 ton, diikuti oleh Bank Nasional Polandia dan Bank Rakyat Cina.
Dilansir World Gold Council (WGC) (5/1/2024), Turki adalah pembeli emas terbesar pada periode November, meningkatkan cadangannya sebesar 25 ton karena terus mengurangi penjualan besar yang dilakukan pada awal 2023. Bank sentral Turki menjual 160 ton emas pada musim semi lalu tetapi kembali membeli pada kuartal ketiga tahun 2023.
Menurut Dewan Emas Dunia, penjualan emas dalam jumlah besar merupakan respons spesifik terhadap dinamika pasar lokal dan tampaknya tidak mencerminkan perubahan dalam strategi emas jangka panjang bank sentral Turki.
Bank sentral Turki menjual emas ke pasar lokal untuk memenuhi permintaan setelah pemerintah memberlakukan kuota impor dalam upaya memperbaiki neraca transaksi berjalannya. Negara ini mengalami defisit perdagangan yang signifikan.
Meskipun pemerintah Turki memberlakukan kembali kuota impor emas pada awal Agustus, sejauh ini, belum ada penjualan kembali ke pasar lokal untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
Cina juga terus menambah cadangan emasnya dengan kecepatan tetap di bulan November 2023 dengan pembelian 12 ton. Itu adalah pembelian emas selama 13 bulan berturut-turut oleh Bank Rakyat Cina.
Sejak awal tahun, bank sentral Cina telah meningkatkan cadangan resminya sebesar 216 ton, dan telah bertambah 267 ton sejak melanjutkan pembelian resmi pada November 2022.
Sudah lama ada spekulasi bahwa Cina memiliki lebih banyak emas daripada yang diungkapkan secara resmi.
Seperti yang diungkapkan Jim Rickards di Mises Daily pada tahun 2015, banyak analis percaya bahwa Cina menyimpan beberapa ribu ton emas “tidak tercatat” di entitas terpisah yang disebut State Administration for Foreign Exchange (SAFE).
Selain itu, pada akhir tahun 2022, terdapat peningkatan besar kepemilikan emas bank sentral yang tidak dilaporkan. Bank sentral yang sering gagal melaporkan pembelian antara lain Cina dan Rusia. Banyak analis percaya bahwa Cina adalah pembeli misterius yang menimbun emas untuk meminimalkan paparan terhadap dolar.
Pada 2021, Presiden Bank Polandia Adam Glapiński mengumumkan rencana untuk menambah cadangan emas negaranya sebanyak 100 ton. Bank sentral mencapai tujuan itu bulan lalu.
Kemudian Bank of Poland terindikasi akan terus menambahkan emas ke dalam kepemilikannya dan tampaknya itulah yang terjadi. Bank sentral Polandia melakukan pembelian terbesar tahun 2023 pada bulan November 2023, menambahkan 19 ton emas ke dalam cadangannya.
Adapun, Bank Sentral Uzbekistan mengeluarkan 11 ton emas lagi selama bulan November 2023. Hal ini menyusul penjualan 11 ton pada bulan Oktober 2023. Bank Nasional Kazakhstan juga melanjutkan penjualannya baru-baru ini, menurunkan cadangannya sebesar 3 ton.
Tidak jarang bank yang membeli dari produksi dalam negeri seperti Uzbekistan dan Kazakhstan beralih antara membeli dan menjual.
Pembelian emas oleh bank sentral pada bulan November 2023 melanjutkan tren yang telah terlihat selama lebih dari dua tahun. Pada kuartal ketiga, bank sentral mencatat rekor total pembelian emas tertinggi kedua pada kuartal ketiga, hanya berada di belakang kuartal ketiga tahun 2022.
WGC mengatakan “sudah pasti bahwa bank sentral akan melakukan pembelian besar-besaran lagi pada tahun 2023,” setelah mencatat rekor pada tahun 2022. Tren tersebut juga diperkirakan akan berlanjut pada 2024.
Total pembelian emas bank sentral pada tahun 2022 mencapai 1.136 ton. Ini merupakan rekor pembelian bersih tertinggi sejak tahun 1950, termasuk sejak penangguhan konvertibilitas dolar menjadi emas pada tahun 1971. Ini adalah tahun ke-13 berturut-turut pembelian bersih emas oleh bank sentral.
Menurut Survei Cadangan Emas Bank Sentral tahun 2023 yang dirilis oleh WGC, 24% bank sentral mengindikasikan bahwa mereka berencana menambah lebih banyak emas ke cadangan mereka selama 12 bulan sebelumnya. Tujuh puluh satu persen bank sentral yang disurvei meyakini tingkat cadangan global secara keseluruhan akan meningkat dalam 12 bulan ke depan. Itu merupakan peningkatan 10 poin dibandingkan survei tahun 2022.
Emas naik 14,6% pada tahun 2023, melampaui ekspektasi di tengah lingkungan suku bunga yang tinggi dan melampaui harga komoditas, obligasi, dan saham pasar negara berkembang.
Kinerja positif emas dikaitkan dengan kombinasi beberapa faktor seperti permintaan bank sentral yang kuat, permintaan ritel yang kuat di pasar-pasar utama, dan peningkatan risiko geopolitik, terutama pada akhir tahun ini.
Tantangan perekonomian global pada 2024 tidak semakin mudah. Berbagai lembaga internasional memperkirakan ekonomi global akan melemah pada 2024 dibandingkan 2023.
International Monetary Fund (IMF) sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi global hanya akan mencapai 2,4% turun dari proyeksi pertumbuhan pada 2023 sebesar 3%.
Bank Dunia dalam laporan terbarunya Global Economic Prospects January 2024 memperkirakan ekonomi global akan melambat ke 2,4% pada tahun ini dibandingkan 2,6% pada 2023.
Lembaga multinasional tersebut memang tidak merevisi proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini tetapi memangkas cukup signifikan untuk proyeksi tahun depan.
Ekonomi dunia diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 2,7% pada 2025, proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juni lalu yakni 3,0%.
Sejumlah faktor risiko yang menurunkan laju pertumbuhan ekonomi dunia didasari dari kondisi melemahnya mesin ekonomi Cina sebagai penggerak ekonomi Asia, melandainya harga komoditas yang mempengaruhi kinerja ekspor sejumlah negara, krisis pangan hingga masih memanasnya suhu politik dunia tahun ini.
Belum lagi konflik Timur Tengah yang memanas dan dikhawatirkan berlangsung lama. Hal ini membuat bank sentral terus memborong emas di tengah kekhawatiran geopolitik dan penurunan pertumbuhan ekonomi global. (hanoum/arrahmah.id)