ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menghadiri pertemuan puncak penting para pemimpin NATO di Brussels pada 11-12 Juli, di mana Ankara mengajukan kepada aliansi untuk berkontribusi lebih lanjut dalam misi yang akan datang dan struktur komando baru, Hurriyet Daily News melaporkan pada Kamis (12/7/2018).
Menolak klaim bahwa Turki menyeret diri menjauh dari aliansi, Asisten Sekretaris Jenderal NATO untuk Diplomasi Publik Tacan İldem mengatakan Ankara sebenarnya meningkatkan kontribusinya untuk blok tersebut.
Ankara telah mengusulkan aliansi untuk mengalokasikan markas militer Turki di Istanbul sebagai struktur komando darat NATO yang baru, katanya. Markas besar, yang sudah digunakan sebagai misi NATO, akan ditawarkan dengan peningkatan kapasitas, katanya.
Turki kemungkinan akan mengirim wakil komandan ke misi pelatihan NATO yang baru diluncurkan di Irak, lanjut İldem.
Sebagai proposal ketiga, Turki akan mengambil alih komando Satuan Tugas Kesiapan Tertinggi NATO (VJTF) pada 2021, katanya.
Di sela-sela KTT Brussels, Erdogan memiliki serangkaian pertemuan bilateral dengan para pemimpin aliansi militer tersebut. Dalam pertemuan pertama mereka setelah pemilihan di Italia, Erdogan bertemu dengan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte.
Erdoğan juga bertemu dengan Emmanuel Macron Prancis untuk diskusi yang datang setelah berbulan-bulan ketegangan antara Ankara dan Paris atas dukungan yang diberikan kepada orang-orang Suriah.
Erdoğan mengadakan pertemuan bilateral dengan rekannya dari Ukraina Petro Poroshenko dan Presiden Bulgaria Rumen Radev. Presiden Turki itu juga mengadakan pertemuan singkat dengan Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi. Dia mengundang Bakir İzetbegovic dari Bosnia dan Presiden Azerbaijan İlham Aliyev ke kantor perwakilan tetap NATO Turki untuk pertemuan trilateral.
Erdoğan mengadakan pertemuan terakhirnya dengan Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras. Pertemuan itu terjadi di tengah pertikaian antara Ankara dan Athena mengenai penahanan Turki atas dua tentara Yunani yang ditangkap di wilayah Turki dekat Sungai Meri di bulan Maret. Turki sangat marah atas penolakan berulang-ulang Yunani untuk mengekstradisi delapan buronan yang melarikan diri ke Yunani dan diberikan suaka oleh Dewan Negara Yunani dan dibebaskan setelah upaya kudeta pada tahun 2016. (Althaf/arrahmah.com)