ANKARA (Arrahmah.com) – Para menteri luar negeri Turki dan Amerika Serikat berusaha menjaga saluran diplomatik tetap terbuka meskipun ada ketegangan yang semakin dalam mengenai penahanan seorang pendeta Amerika dan beberapa masalah lain yang menghambat hubungan kedua negara.
Masalah antara dua sekutu NATO atas penahanan pastor Andrew Brunson dapat diselesaikan melalui dialog, Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu mengatakan pada 4 Agustus di sebuah acara dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa.
Menerapkan bahasa yang mengancam tidak akan membantu AS untuk menghasilkan apa pun dari Turki, tambahnya.
Ucapannya inin datang satu hari setelah pertemuan dengan timpalannya dari AS, Mike Pompeo, pertemuan empat mata pertama mereka setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap Turki.
Çavuşoğlu mengatakan bahwa pertemuannya dengan Pompeo di Singapura “konstruktif,” sambil menambahkan bahwa kedua negara harus duduk dan mendiskusikan solusi untuk memecahkan masalah.
“AS sendiri membutuhkan agenda positif. Saya percaya kita dapat mengatasi situasi ini melalui kompromi, diplomasi, negosiasi dan i’tikad baik, tetapi tidak dengan bahasa yang mengancam. Ada proses yang intens di depan kita,” lanjut Çavuşoğlu.
Turki tetap merupakan sekutu kunci NATO, meskipun ketegangan baru-baru ini, Pompeo mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah, mencatat bahwa ia berharap akan ada kemajuan menuju membebaskan pendeta Amerika.
Serupa dengan timpalannya, Pompeo pun mengatakan kepada wartawan pada 4 Agustus bahwa dia memiliki “percakapan konstruktif” dengan Çavuşoğlu.
“Saya menjelaskan bahwa sudah lewat waktunya pastor Brunson dibebaskan dan diizinkan untuk kembali ke Amerika Serikat, dan tahanan lain juga harus dibebaskan,” katanya.
“Saya sangat berharap bahwa kami akan membuat kemajuan pada hari-hari dan minggu-minggu mendatang,” tambahnya.
Brunson, yang memimpin gereja Protestan di kota Aegean, İzmir, berada di pusat salah satu krisis paling serius dalam hubungan antara sekutu NATO ini dalam beberapa tahun.
Pendeta itu dipindahkan ke tahanan rumah pekan lalu setelah hampir dua tahun dipenjara karena tuduhan terkait teror, tetapi perubahan itu dinilai hanya meningkatkan ketegangan.
AS menanggapi kegagalan untuk membebaskan Brunson sepenuhnya melalui penjatuhan sanksi pada dua menteri Turki, langkah yang mendorong Ankara untuk mengancam dengan tindakan timbal balik. (Althaf/arrahmah.com)