BEIJING (Arrahmah.com) – Otoritas Cina pada Jum’at (28/11/2014) mengecam Turki karena telah menawarkan perlindungan bagi sekitar 200 warga Uighur dari wilayah Xinjiang, Cina barat, yang diselamatkan dari sebuah kamp penyelundupan manusia di Thailand, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Polisi Thailand menemukan para pengungsi Uighur tersebut pada bulan Maret dan pejabat Cina mengindentifikasi puluhan dari mereka sebagai Uighur, Muslim dari Xinjiang yang berbicara bahasa Turki.
Kantor berita pemerintah Anadolu Agency pada Jum’at (28/11) melaporkan permintaan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada Thailand untuk mengirim warga Uighur ke sana, sebuah langkah yang membuat Cina meradang, yang memandang para pengungsi itu sebagai imigran ilegal.
Menanggapi tawaran Turki tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Hua Chunying mengatakan bahwa kasus itu adalah urusan Cina dan Thailand dan “negara yang bersangkutan” harus berhenti untuk ikut campur.
“Kami mendesak negara yang bersangkutan untuk segera menghentikan campur tangannya dalam kasus ini, dan berhati-hati dengan kata-kata serta tindakan dan tidak mengirimkan sinyal yang salah bahwa mereka itu berkomplot, bahkan mendukung, kegiatan imigrasi ilegal,” kata Hua dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Kegiatan imigrasi ilegal mengganggu aturan internasional, merugikan kepentingan masyarakat internasional dan dapat membahayakan keamanan negara dan daerah yang bersangkutan,” tambah Hua.
Sejumlah kecil warga Uighur yang menyelamatkan diri dari Cina menunju Asia Tenggara diyakini menyeberangi Laos atau Myanmar, sebelum pergi ke Thailand dan ke tempat lain.
Turki adalah rumah bagi ribuan orang Uighur yang melarikan diri dari Xinjiang sejak pemerintah Komunis Cina mengambil alih wilayah tersebut pada 1949.
Turki dianggap sebagai negara demokrasi Muslim yang stabil dan menjadi pemain kunci saat kekacauan dan kerusuhan melanda Timur Tengah.
“Saya memberitahukan masalah ini kepada menteri luar negeri Thailand di New York dan menteri luar negeri Cina di Beijing dan mengatakan kepada mereka bahwa Turki ingin menampung orang-orang Uighur,” kata Menteri Luar Negeri Cavusoglu , sebagaimana dikutip oleh Anadolu Agency.
Pejabat imigrasi Thailand menolak berkomentar dan kementerian luar negeri Thailand tidak segera merespon permintaan Reuters.
Dalam dua tahun terakhir, ratusan orang telah tewas dalam kerusuhan di Xinjiang, mendorong tindakan keras oleh pihak berwenang. kelompok Uighur dan aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa kebijakan represif Cina telah memicu kekerasan.
(ameera/arrahmah.com)