TUNIS (Arrahmah.com) – Tunisia pada hari Sabtu (14/1/2012) menandai hari dimana despot Zine El Abidine Ben Ali diasingkan dari kekuasaan setelah aksi protes populer yang berlangsung beberpa minggu dan membidani lahirnya sejumlah aksi serupa di dunia Arab, atau yang lebih terkenal dengan sebutan Musim Semi Arab.
Revolusi Tunisia, yang ternyata hanya mengantarkan pada pemilihan ‘damai’ pada bulan Oktober, memicu gerakan perubahan yang menggulingkan otokrat Hosni Mubarak di Mesir dan Muammar Gaddafi di Libya.
Para pemimpin di negara-negara yang bertetangga dengan Tunisia, diperkirakan bertemu dalam peringatan tersebut.
Di antara tamu terkenal yang disambut oleh pemimpin terpilih pada hari Sabtu (14/1), terdapat Presiden Aljazair, Abdelaziz Bouteflika. Selain itu, juga hadir pemimpin Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, yang dikenal sebagai pendukung Musim Semi Arab. Juga hadir perwakilan dari Maroko, Saad-Eddine El Othmani, Menlu Maroko.
Beberapa minggu pasca Ben Ali melarikan diri dari Tunisia, pemberontakan serupa terjadi di negara tetangganya Libya untuk mendepak rezim Gaddafi.
Bahkan kepala Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya, Mustafa Abdel Jalil, disinyalir hadir dalam perayaan tersebut.
Presiden Tunisia terpilih, Moncef Marzouki, juga dilaporkan membebaskan lebih dari 1.000 narapidana pada peringatan hari Sabtu itu. Pembebasan akan diprioritaskan untuk manula dan remaja, kementrian hukum menyatakan. Sementara tahanan lain akan memperoleh pembebasan yang kondisional dan pengurangan masa tahanan. (althaf/arrahmah.com)