TULUNGAGUNG (Arrahmah.com) – Menurut Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka, Sebanyak 161 orang di Kabupaten Tulungagung teridentifikasi mengidap HIV/Aids. Angka orang hidup dengan HIV/AIDS (Odha) itu ditemukan sepanjang bulan Januari hingga Agustus 2015.
Kata dia kasus baru ini relatif tinggi bila dibandingkan tahun sebelumnya.
“Trennya meningkat dibanding tahun sebelumnya, “ujar Didik kepada wartawan, Jumat (25/9/2015), dikutip Okezone.
Selama tahun 2014, tercatat sebanyak 272 kasus dan angka tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2013 sebanyak 152 kasus. Sementara di tahun 2012 dan 2011 masing-masing ditemukan 144 kasus dan 207 kasus. Sejak tahun 2006, kata Eka total akumulasi kasus HIV/AIDS di Kabupaten Tulungagung mencapai 1.174 kasus.
Sesuai data KTP, 757 Odha diantaranya warga Tulungagung, kemudian 158 Odha warga Blitar, 149 Odha warga Trenggalek, 46 Odha dari Kediri, dan 64 Odha dari berbagai daerah lain. “Dari jumlah akumulasi itu sebanyak 284 Odha telah meninggal dunia, ” sambungnya.
Penderita Odha, imbuh dia, didominasi karyawan swasta dengan jumlah 318 orang. Sedangkan kelompok ibu rumah tangga menempati urutan kedua terbanyak, yakni 251 jiwa. Menurut Eka ibu rumah tangga rata rata tertular dari suaminya. Kondisi ini diperparah kebiasaan mereka yang jarang memeriksakan kondisi kesehatanya.
“Sedangkan jumlah Odha dari kelompok pekerja seks justru berada dibawah kelompok ibu rumah tangga yakni 200 jiwa. Sebab pekerja seks rutin memeriksakan kesehatanya,” jelasnya.
Lebih jauh Eka menjelaskan, bahwa sebagian besar Odha yang teridentifikasi berasal rujukan institusi medis. Hal itu dapat diartikan tingkat kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik VCT masih rendah.
“Catatan KPA sebanyak 659 Odha diketahui dari rujukan medis. Sedangkan selebihnya yang berjumlah lebih kecil setelah memeriksakan diri ke klinik VCT,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, aktivis Pusat Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Tulungagung, Imam Ma’ruf mengatakan Kabupaten Tulungagung sudah layak disebut darurat HIV/AIDS.
Sebab kasus HIV/AIDS setiap tahunnya terus meningkat. Ia mensinyalir ada penanganan kasus HIV/AIDS yang perlu dievaluasi.
“Sebab penanganan kasus itu logikanya adalah menekan angka sekaligus meminimalisir faktor penyebabnya. Jangan jangan ada penanganan yang salah,” ujar Imam.
(azm/arrahmah.com)