WASHINGTON (Arrahmah.id) – The Washington Post telah menghapus karikatur politik tentang Gaza menyusul reaksi luas dan tuduhan rasisme.
Karikatur tersebut, berjudul “Perisai Manusia”, menggambarkan seorang anggota Hamas yang berkata “beraninya Israel menyerang warga sipil” dengan empat anak dan seorang wanita diikat dengan tali.
Pria tersebut diapit bendera Palestina, serta gambar Masjid Al Aqsa dengan lampu minyak di bawahnya.
Karikatur tersebut mendapat kritik pedas dari pembaca The Washington Post sebelum dihapus pada Rabu malam (8/11/2023).
Jurnalis Mesir-Amerika Mona Eltahawy menyebut karikatur tersebut sebagai “rasis, Islamofobia, memungkinkan genosida”, sementara jurnalis Inggris Owen Jones menyatakan bahwa kartun tersebut “bahkan tidak kentara dalam rasismenya.”
“Dehumanisasi rasis ini selalu menjadi prasyarat terjadinya pembunuhan massal seperti yang terjadi di Gaza,” tambah Jones.
Dalam sebuah catatan yang diterbitkan bersamaan dengan artikel opini berjudul ‘Pembaca menanggapi karikatur Hamas’, editor opini surat kabar tersebut mengatakan bahwa bukan “niatnya” untuk menerbitkan karikatur rasis.
“Saya melihat gambar itu sebagai karikatur dari individu tertentu, juru bicara Hamas yang merayakan serangan terhadap warga sipil tak bersenjata di Israel,” kata Shipley.
“Namun, reaksi terhadap gambar tersebut meyakinkan saya bahwa saya telah melewatkan sesuatu yang mendalam dan memecah belah, dan saya menyesalinya,” tambahnya.
Seorang pembaca menulis dalam artikel opininya bahwa “tidak ada topik dalam pemberitaan yang pemilihan kata-katanya sama rumitnya dengan pemberitaan di Jalur Gaza. Mengapa The Post tidak melakukan pengawasan yang sama terhadap bahasa visual karikaturnya”?
Michael Ramirez, kartunis yang menggambar “Perisai Manusia”, telah menggambar sejumlah karikatur politik lainnya yang mengomentari Perang Gaza termasuk yang menampilkan pendukung Black Lives Matter yang memprotes perang dengan slogan “nyawa teroris itu penting”.
Karikatur tersebut diterbitkan ketika jumlah korban tewas akibat bombardir dan pengepungan “Israel” di Jalur Gaza mencapai 10.569 orang, termasuk 4.324 anak-anak.
Banyaknya korban anak-anak dalam pemboman tersebut membuat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres baru-baru ini menyatakan bahwa “Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak.” (zarahamala/arrahmah.id)