WASHINGTON (Arrahmah.id) – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan pentingnya peran strategis Turki dalam dinamika konflik di Suriah. Hal ini ia sampaikan dalam pertemuan dengan Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, yang berlangsung di Gedung Putih pada Senin, 9 April 2025.
Dalam pernyataannya, Trump menyoroti kedekatannya dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, yang menurutnya merupakan sosok kuat dan sangat cerdas. Ia menyatakan bahwa dirinya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Erdoğan, dan bahwa tidak ada masalah antara mereka berdua. Trump juga menyampaikan bahwa media mungkin tidak senang dengan hubungan tersebut, namun ia tidak mempermasalahkannya.
Trump menilai Erdoğan telah mengambil langkah-langkah signifikan di Suriah yang tidak mampu dilakukan oleh pihak lain. Menurutnya, hal tersebut layak mendapat pengakuan dan apresiasi. Ia juga mengomentari kekhawatiran Netanyahu terkait ketegangan antara “Israel” dan Turki, seraya menyatakan keyakinannya bahwa ia mampu menyelesaikan perbedaan-perbedaan antara kedua pihak, selama semua pihak bersikap masuk akal. Trump menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa ia tidak melihat persoalan ini akan menjadi masalah besar ke depannya.
Serangan “Israel” Berlanjut Meski Tidak Terancam
Sementara itu, situasi di Suriah terus memanas meskipun tidak ada ancaman langsung terhadap “Israel”. Pemerintahan baru Suriah yang kini dipimpin oleh Ahmad Asy-Syaraa tidak menunjukkan sikap permusuhan atau ancaman terhadap entitas penjajah tersebut. Namun demikian, “Israel” tetap melancarkan serangan udara hampir setiap hari ke berbagai wilayah Suriah dalam beberapa bulan terakhir. Serangan-serangan ini telah menyebabkan jatuhnya korban sipil, serta menghancurkan fasilitas militer, kendaraan tempur, dan gudang persenjataan milik tentara Suriah.
Pada 8 Desember 2024, faksi-faksi revolusioner di Suriah berhasil merebut kendali penuh atas negara tersebut, menandai berakhirnya kekuasaan Partai Baath yang telah berlangsung selama 61 tahun, dan juga 53 tahun dominasi keluarga Assad. Dari total itu, Bashar al-Assad memerintah selama 24 tahun penuh, sejak naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2000.
(Samirmusa/arrahmah.id)