BRUSSELS (Arrahmah.com) – Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negara-negara NATO telah sepakat untuk meningkatkan anggaran pembelanjaan pertahanan mereka setelah dia memaksakan pembicaraan genting terkait tuntutan-tuntutannya di sebuah KTT di Brussels pada Kamis (12/8/2018).
Trump mengatakan bahwa telah ada “kemajuan luar biasa” setelah peringatan “tegas”nya pada saat pertemuan menegangkan selama dua hari itu di Brussels, pada saat dia mengkritik tajam Jerman.
“Saya memberitahu mereka bahwa Saya sebelumnya sangat tidak senang dengan apa yang terjadi dan mereka telah secara substansial meningkatkan komitmen mereka dan sekarang saya sangat gembira dan memiliki NATO yang sangat-sangat kuat, lebih kuat dari dua hari yang lalu,” ujar Trump dalam konferensi pers, seperti dikutip AFP.
“Kemajuan luar biasa telah dibuat, setiap orang sepakat untuk secara substansial meningkatkan komitmen mereka, mereka akan meningkatkannya pada level yang mereka tidak pernah pikirkan sebelumnya. Ini menakjubkan melihat tingkat semangat di ruangan itu.”
Presiden Perancis Emmanuew Macron, yang telah menyenangi Trump meskipun perbedaan politik mereka, mengatakan bahwa NATO menjadi “lebih kuat” setelah konferensi tersebut.
Trump membuat kacau KTT itu dengan menuntut tidak hanya bahawa para sekutu mencapai komitmen mereka untuk meningkatkan pembelanjaan hingga dua persen dari GDP “secara mendadak” -bukan pada 2024 sebagaimana diputuskan sebelumnya- tetapi juga memberitahu mereka untuk menggandakan angka menjadi empat persen.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyerukan sidang darurat untuk 29 sekutu untuk memenuhi tuntutan Trump.
“Komitmennya adalah dua persen dan itu akan sedikit lebih naik dari itu,” katanya.
Setelah hari pembukaan KTT NATO yang ditandai dengan percekcokan antara Trump dan Kanselir Jerman Angela Merkel, para pemimpin NATO berharap untuk fokus pada kebijakan terkait Ukraina dan Afghanistan.
Beberapa hari sebelumnya Trump bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, dia mengancam akan melemparkan aliansi transatlantik ke dalam kekacauan. Trump mengatakan bahwa dia memandang Putin sebagai “pesaing” bukan sebagai “musuh”.
Trump bersikeras bahwa dia akan membawa subjek-subjek utama termasuk Suriah.
AS dan NATO terus melakukan ekspansi di negara-negara target dengan dalih misi “pertahanan” atau “bantuan” militer. Sejauh ini, Afghanistan adalah yang paling lama merasakan invasi NATO. (siraaj/arrahmah.com)