CALIFORNIA (Arrahmah.com) – Aksi protes terhadap terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS yang ke 45 masih terus berlanjut. Kemenangan Trump tidak hanya memicu aksi protes tetapi juga gelombang ancaman disintegrasi. California, negara bagian yang sebagian besar rakyatnya memberikan dukungan kepada Hillary Clinton, mengancam untuk memisahkan diri dari AS.
Setelah Donald Trump memenangkan pemilu 2016, beberapa warga California menyuarakan bahwa mereka ingin memisahkan diri dari AS. Suara tersebut terinspirasi dari Brexit yang sukses membuat Inggris keluar dari Uni Eropa. Meski ada juga yang menyuarakan kebencian terhadap California dengan mengkritik kaum liberal, imigran, dan isu-isu ekonomi.
Gaung pemisahan diri dari AS, tidak hanya mengenai ‘California Dreamin’. Sebuah komite politik yang dibentuk pada tahun 2015 sebagai Yes California Independence Campaign mendapatkan momentum setelah kemenangan Trump.
Kelompok ini dibentuk denga tujuan untuk menyelenggarakan referendum pada 2018 mendatang untuk menjadikan California negara merdeka seperti dikutip dari Huffington Post, Jumat (11/11/2016)
“Dalam pandangan kami, AS mewakili begitu banyak hal yang bertentangan dengan nilai-nilai California, dan kenegaraan kita, yang berarti bahwa California akan terus mensubsidi negara-negara lain untuk merugikan kita sendiri, dan merugikan anak-anak kita,” kata kelompok itu dalam Buku Biru Calexit setebal 33 di halaman di situsnya.
Rencana pemisahan diri ini mendapat dukungan dari investor Silicon Valley investor Shervin Pishevar, yang merupakan investor awal Uber dan wakil pendiri Hyperloop.
Ia mengatakan akan membantu rencana pemisahan diri ini. Dukungan juga datang dari Dave Morin, wakil pendiri dari jejaring sosial Path.
“Ini hal yang paling patriotik yang bisa saya lakukan. Negara ini tengah berada di persimpangan jalan yang serius,” kata Pishevar.
(ameera/arrahmah.com)