WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pemerintahan Donald Trump berencana untuk mengizinkan penjualan senjata senilai hampir $ 500 juta ke Arab Saudi sebelum presiden Amerika Serikat meninggalkan Gedung Putih, menurut laporan media AS, sebuah tindakan yang oleh seorang pakar dikecam sebagai “kemarahan moral”.
Mengutip dua sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah ini, Bloomberg melaporkan bahwa Departemen Luar Negeri memberi tahu Kongres pada hari Selasa (22/12/2020) bahwa pihaknya bergerak maju untuk mengeluarkan lisensi penjualan amunisi udara-ke-darat berpemandu presisi ke Riyadh, yang diperkirakan bernilai $ 478 M.
Produsen senjata AS Raytheon Technologies Corp akan dapat menjual senjata tersebut langsung ke Saudi ketika menerima lisensi, lansir Bloomberg.
Washington Post juga melaporkan bahwa senjata tersebut akan diproduksi di kerajaan Teluk sesuai dengan ketentuan kesepakatan, yang telah dikerjakan sejak awal 2019. Perjanjian tersebut juga mencakup sistem komunikasi keamanan internal senilai $ 97 juta, kata surat kabar itu.
Trump telah menjadi pendukung setia Arab Saudi, sekutu lama AS, dan pemimpin de facto negara itu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, menjadikan hubungan AS-Saudi yang kuat sebagai pilar kebijakan Timur Tengah pemerintahannya.
Trump juga secara pribadi melindungi Putra Mahkota Mohammed, juga dikenal sebagai MBS, dari kritik tentang catatan hak asasi manusia Arab Saudi, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, dan perang di Yaman, juga serentetan masalah kontroversial lainnya.
Trump memveto RUU di Kongres tahun lalu yang berusaha untuk mengakhiri dukungan AS untuk upaya perang yang dipimpin Saudi di Yaman.
Presiden terpilih AS Joe Biden, yang akan dilantik pada 20 Januari, berjanji untuk “menilai kembali” hubungan AS-Saudi ketika dia menjabat.
“Di bawah pemerintahan Biden-Harris, kami akan menilai kembali hubungan kami dengan Kerajaan [Arab Saudi], mengakhiri dukungan AS untuk perang Arab Saudi di Yaman, dan memastikan Amerika tidak memeriksa nilainya di pintu untuk menjual senjata atau membeli minyak,” kata Biden pada bulan Oktober. (Althaf/arrahmah.com)