WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington tidak memiliki rencana untuk mengekstradisi Fethullah Gulen, seorang ulama Turki yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta mematikan lebih dari dua tahun lalu.
“Tidak, hal itu tidak sedang dipertimbangkan,” kata Trump pada Sabtu (17/11/2018).
Komentarnya itu muncul beberapa hari setelah NBC News melaporkan bahwa pemerintahan Trump telah menimbang kemungkinan mengekstradisi Gulen ke Turki dalam upaya meredakan tekanan Ankara terhadap Arab Saudi, yang telah meningkat menyusul pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul bulan lalu.
Menurut laporan NBC, pejabat Trump meminta penegak hukum untuk melihat status residensi Gulen di AS dan kemungkinan mengabulkan permintaan Turki untuk ekstradisi.
Arab Saudi adalah sekutu penting AS, dan NBC mengatakan Trump dapat menggunakan Gulen sebagai alat tawar-menawar dalam upaya meredakan sebagian tekanan Turki terhadap Arab Saudi.
Seiring dengan dugaan atas kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016, yang menewaskan sekitar 300 orang, Turki juga menuduh kelompok Gulen berada di belakang kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan.
Gulen, lawan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang tinggal di pengasingan di negara bagian Pennsylvania, AS, membantah tuduhan itu.
Turki telah menunjuk jaringan Gulen, yang hanya menjalankan amal, sekolah, dan bisnis di seluruh dunia, sebagai “organisasi teroris” dan telah meluncurkan tindakan keras yang meluas pada anggota yang dicurigai berafiliasi sejak upaya kudeta.
Secara resmi meminta AS untuk menangkap dan mengekstradisi Gulen pada bulan Agustus 2016, bulan setelah kudeta yang gagal, tetapi sejauh ini ia telah dapat tinggal di AS.
Pasca kudeta, ribuan pejabat Turki, petugas penegak hukum, tentara, aktivis hak asasi manusia dan lainnya ditangkap karena diduga terkait dengan Gulen dan jaringannya.
Penangkapan terbaru terjadi pada bulan September, ketika para pejabat Turki menangkap 61 tentara karena dicurigai terkait Gulen. (Althaf/arrahmah.com)