BERLIN (Arrahmah.com) – Menlu Jerman Sigmar Gabriel menyebut Presiden AS Donald Trump turut memicu krisis di Timur Tengah dan mempertaruhkan perlombaan senjata baru. AS baru-baru ini menyepakati perdagangan senjata dengan Arab Saudi.
Gabriel mengatakan kepada harian ekonomi Jerman “Handelsblatt”, apa yang disebutnya “Trumpisasi” interaksi politik wilayah Timur Tengah yang menimbulkan situasi sangat berbahaya.
“Kontrak militer raksasa Presiden Trump baru-baru ini dengan monarki di Teluk telah meningkatkan risiko spiral perdagangan senjata baru,” ungkapGabriel dalam wawancara yang dirilis hari Rabu (7/6).
Pernyataan Gabriel dipublikasi menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Abdel al-Jubeir ke Berlin.
Gabriel menyatakan, langkah pemutusan hubungan yang dimotori Arab Saudi intinya adalah “untuk mengisolasi Qatar dan menekannya secara eksistensial.”
“Itu adalah kebijakan yang benar-benar salah dan tentunya bukan garis kebijakan Jerman,” katanya.
Sigmar Gabriel menjelaskan, Jerman adalah bagian dari kelompok enam negara yang telah mendorong kesepakatan de-eskalasi nuklir tahun 2015 antara rival regional Iran dan Arab Saudi untuk mencegah perlombaan senjata di Timur Tengah seperti yang dikhawatirkan sekarang.
Menlu Jerman memperingatkan: “Konflik yang mendalam antara negara-negara tetangga ini adalah hal terakhir yang kita butuhkan.”
Tudingan ini semakin diperkuat dengan adanya kicauan Presiden AS Donald Trump hari Selasa (6/6).
Trump menulis di Twitter dan mengklaim bahwa pidatonya ketika berkunjung ke Arab Saudi baru-baru ini yang telah mendorong negara itu kemudian mengisolasi Qatar atas tuduhan mendukung ekstremisme.
“Mungkin ini akan menjadi awal dari akhir horor terorisme,” tulis Trump selanjutnya.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir yang berkunjung ke Paris hari Selasa (6/6) mengatakan, Qatar yang kaya energi “harus memilih apakah ia harus bergerak ke satu arah atau ke arah yang lain.”
Dia menuntut Doha mengakhiri dukungannya terhadap kelompok militan Palestina Hamas dan kelompok fundamentalis Ikhwanul Muslimin.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir pada Senin (5/6) mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar – penghasil gas alam cair terbesar di dunia.
Berikutnya, pada Selasa (6/6), Yordania mengatakan bahwa pihaknya akan mengurangi jumlah perwakilan diplomatiknya di Qatar dan membatalkan ijin untuk kantor televisi Al Jazeera di Yordania.
Arab Saudi pda Selasa juga mengumumkan penutupan semua perwakilan maskapai penerbangan Qatar Airlines di wilayahnya dan memberi waktu 48 jam. Penumpang yang telah membeli tiket dari Qatar Airlines dijanjikan penggantian biaya tiket, lansir DW. .
(ameera/arrahmah.com)