WASHINGTON (Arrahmah.id) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengambil sikap keras terhadap Gaza pada hari ini, sementara Yordania menegaskan kembali penolakannya yang tegas terhadap pengusiran penduduk Gaza.
Presiden AS mengatakan pada Jumat (14/2/2025) bahwa ia akan mengambil sikap tegas terkait Gaza hari ini.
Trump sebelumnya berjanji akan “membuka pintu neraka” untuk Gaza jika Hamas tidak membebaskan semua tawanan ‘Israel’ yang mereka pegang sebelum pukul 12 siang waktu setempat pada hari ini.
Namun, Hamas memutuskan untuk hanya membebaskan 3 tawanan sebagai ganti 369 tahanan Palestina, termasuk 36 orang yang dihukum seumur hidup dan sisanya adalah tawanan yang ditangkap oleh pasukan pendudukan dari Gaza setelah 7 Oktober 2023.
Dalam konteks yang sama, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan bahwa negara-negara Arab sedang menyusun rencana untuk membangun kembali Gaza tanpa mengusir penduduknya. Ia menambahkan bahwa Yordania tidak dapat menerima lebih banyak pengungsi Palestina.
Beberapa negara Arab juga menyatakan kekhawatiran mereka bulan ini setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk “membersihkan” Gaza dari orang Palestina dan memindahkan sebagian besar penduduknya ke Yordania dan Mesir. Gagasan ini langsung ditolak oleh Kairo dan Amman, serta dianggap oleh sebagian besar negara di kawasan itu sebagai sangat mengganggu stabilitas.
“Kami Tidak Menginginkan Mereka, dan Mereka Tidak Menginginkan Kami”
Safadi dalam Konferensi Keamanan Munich mengatakan, “Untuk memberikan jawaban yang jelas, 35% penduduk kami adalah pengungsi. Kami tidak bisa menanggung lebih banyak lagi, dan tidak mungkin ada lebih banyak orang Palestina yang datang ke Yordania. Mereka tidak ingin datang ke Yordania, dan kami tidak ingin mereka datang ke Yordania.”
Raja Yordania Abdullah II mengunjungi Washington pada Selasa lalu (11/2) dan menegaskan posisi negaranya yang menentang rencana Trump.
Safadi menambahkan, “Kami sedang menyusun proposal Arab yang menunjukkan bahwa kami mampu membangun kembali Gaza tanpa mengusir penduduknya, dan bahwa kami dapat memiliki rencana yang menjamin keamanan dan pemerintahan.” Ia juga menekankan bahwa ‘Israel’ harus memikirkan bagaimana mereka ingin melihat wilayah ini dalam 10 atau 20 tahun ke depan.
Ia melanjutkan, “Orang ‘Israel’ juga harus berpikir jangka panjang. Untuk hidup dalam damai dan aman, tetangga mereka juga perlu hidup dalam damai dan aman.” (zarahamala/arrahmah.id)