WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pada Rabu (6/12/2017) Presiden Trump mengumumkan bahwa A.S. akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan proses bertahap untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem akan dimulai.
Beberapa hari pasca pengumuman tersebut. Trump kembali menjadi perbincangan. Hal ini terkait penyakit gejala kelu lidah yang dialaminya.
Media sosial memperhatikan bahwa menjelang akhir pidatonya, kata-kata yang diucapkan Trump mulai tidak jelas.
“… and God bless the United Shhtahhes..” kata Trump, lansir Metro AS. Kamis (7/12).
Kata “Shtesh” semestinya “State” yang artinya ”dan Tuhan memberkati Amerika Serikat”.
Kondisi yang dialami Trump itu memicu spekulasi publik di media sosial. Ada yang menduga Presiden AS itu mengalami stroke. Ada juga yang menduga kesulitan bicara dengan gigi palsu.
“Pria itu berpotensi membutuhkan 3 hal 1) Ambulans untuk potensi mini stroke 2) Masuk ke program 12 langkah 3) Denture Cream #Trumpslurring.” Tulis pengguna akun Twitter @AlanCracknell.
“Apakah ada orang lain yang melihat Trump mengejek menjelang akhir pidato di Israel? Seperti seseorang yang gigi palsunya terlepas? Saya serius,” tulis pengguna akun @SassyProf.
“Trump jelas sangat sakit selama pidatonya tentang Yerusalem, tidak masuk akal dalam satu kalimat, menyayat beberapa kata, mengendus berlebihan dan terlihat sangat buruk.Kapan Gedung Putih akan membuat sebuah pernyataan?,” tulis pengguna akun @dm1borden
Juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders pada hari Kamis waktu Washington menyebut spekulasi publik tersebut sangat menggelikan. ”Tenggorokan presiden sudah kering, tidak lebih dari itu,” katanya, seperti dikutip dari NBC News,Jumat (8/12/2017).
Sanders mengatakan bahwa Trump dijadwalkan menjalani uji medis rutin awal tahun depan di Walter Reed National Military Medical Center.
Bagaimana dengan kesehatan mentalnya?
CNN melaporkan bahwa istilah resmi untuk pengucapan yang tidak jelas adalah “disartria” akibat otot yang lemah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal: pengobatan, perawatan gigi (seperti gigi palsu) dan masalah yang lebih serius seperti kerusakan otak akibat stroke, Parkinson atau tumor.
Perdebatan tentang kesehatan mental Trump telah berlangsung, terutama setelah sekelompok ahli yang mempelajari perilakunya menyimpulkan bahwa ia menunjukkan gejala paranoid dan gangguan kepribadian, lansir Metro AS.
Pada segmen baru MSNBC, mantan Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Harvard, Dr. Lance Dodes menganalisis ledakan Sporatic Trump di Twitter: “Penjelasan sederhana untuk hal ini, yang mana orang tidak mau dengar, adalah bahwa dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Inilah yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa seseorang menjadi psikotik.”
Sebanyak 27 Ahli Psikiater dan Ahli Kesehatan Mental yang Menilai seorang Presiden bahkan mengajukan petisi untuk menyatakan bahwa Trump sakit mental, oleh karena itu mereka menuntut Trump untuk turun dari jabatannya sebagai Presiden.
Pada April, John Gartner yang juga psikiater di John Hopkins University Medical School memperingatkan publik AS bahwa presidennya saat ini memiliki kecenderungan kesehatan mental yang berbahaya.
“Lebih buruk dari seorang pembohong dan narsistik, sifat-sifat seperti paranoid, pengkhayal, dan suka melebih-lebihkan telah ditunjukkan sejak hari pertama ia menjabat sebagai presiden,” sebut Gartner dilansir Independent.
(ameera/arrahmah.com)