(Arrahmah.com) – Apa kabar para relawan Pekerja Sosial di mana pun berada? Semoga kondisi para sahabat sekalian senantiasa sehat wal afiat dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam menjalankan tugas mulia menolong sesama.
Tersentak kita semua mendengar berita telah terjadi bencana banjir bandang Garut yang terjadi, pada Selasa, 20 September 2016 malam. Jiwa relawan yang telah terpatri dalam diri kalian tentu menjadikan diri kalian tidak dapat nyenyak tidur untuk bergegas segera turun langsung ke lokasi bencana. Dalam diri kalian telah paham betul bahwa seiring dengan terjadinya bencana yang merusak berbagai fasilitas kehidupan warga korban dari sisi materi, juga dalam diri kalian telah memahami betul bahwa selain kerugian materi maka ada bencana yang lebih dahsyat lagi yang mengancam para korban yakni menyusul bencana aqidah.
Berseliweran para misionaris dan penyebar aliran-aliran sesat “berkedok peduli kemanusiaan” membantu yang tanpa terasa merampok aqidah para korban bencana. Kehadiran kalian para relawan punya tugas ganda, selain membantu para korban bencana dari sisi materi, juga ikut membentengi aqidah para korban dari gerak-langkah mereka yang hanya “berkedok peduli kemanusiaan”.
Memasuki minggu ke-2 pasca bencana di Garut, di hadapan para relawan terbentang berbagai masalah terutama menghadapi banyaknya para pengungsi yang kondisinya mulai stress, depresi dan mengalami gangguan jiwa di tempat-tempat pengungsian.
Saya yang pernah masuk menjadi bagian terkecil dari ribuan relawan yang terjun di lokasi bencana, pada kesempatan ini izinkan saya menuliskan sekaligus share tulisan perihal salah satu metode Trauma Healing yang bisa dilakukan, yakni dengan Teknik SEFT (Spiritual and Emotional Freedom Technique) yang dicuplik dari sumbernya, http://bocahbancar.wordpress.com/ . Trauma healing adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain agar mengurangi atau bahkan diharapkan dapat menghilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami seseorang yang diakibatkan syok atau trauma.
Berikut ini ada salah satu metode “healing” dengan Teknik “SEFT” yang bisa dipraktekkan sendiri melalui beberapa langkah di antaranya :
Pertama, ajak pengungsi untuk berkumpul di satu tempat, bila memungkinkan di tempat yang lebih tenang, Ibu-ibu yang memiliki bayi lebih baik dikelompokkan, jelaskan pada pengungsi bahwa anda akan mengajak mereka untuk berusaha mengurangi/menghilangkan tekanan, kegelisahan, kengerian dan keputus-asaan, jelaskan pula bahwa tiada daya dan upaya kecuali milik-Nya.
Kedua, bimbing mereka untuk mengucapkan ‘niat’ atau kalimat set-up, yang antara lain bisa berbunyi seperti ini: “Ya Allah, meskipun saat ini saya berada di pengungsian, penuh dengan keterbatasan, dan habis sudah semua harta benda saya, saya ikhlas menerimanya, dan saya pasrahkan kebaikan diri saya kepada-Mu”. Ucapkan niat tersebut sambil tangan kanan menyentuh/memencet ‘titik ngilu’ yang umumnya berada di dada kiri bagian atas (bagian yg bila ditekan terasa lebih ngilu dibanding bagian lain). Kalimat set-up di atas bersifat umum, untuk kondisi khusus dapat modifikasi.
Ketiga. bimbing mereka untuk ‘merasakan/memanggil’ atau tune-in dengan suasana/perasaan terdalam akan kengerian/kepedihan mereka akibat bencana ini. Setiap orang mungkin memiliki perasaan kepiluan yang berbeda-beda dalam situasi yang sama. Misal, membayangkan kembali kegetiran meninggalkan rumah dan semua harta benda, membayangkan suasana panik saat berlari menghindar dari banjir bandang, membayangkan perasaan sedih tercerai berai dari keluarga, dll.
Keempat, bersamaan dengan munculnya ‘perasaan’ kepiluan tadi, bimbing mereka untuk mengucapkan “Ya Allah, saya ikhlas saya pasrah”, sambil lakukan sentuhan/ketukan dengan dua jari tangan kanan pada 9 titik berikut:
- Ubun-ubun, tepat di atas kepala segaris dengan telinga.
- Tulang mata bagian pangkal alis di atas hidung, kanan atau kiri sama saja.
- Tulang mata bagian luar atas (pilingan), kanan atau kiri.
- Tulang mata bagian bawah, di bawah kantong mata.
- Bagian di bawang hidung di atas bibir (di atas kumis)
- Bagian di bawang bibir di atas dagu.
- Tulang kelereng antara dada dan leher, yang njendolmenonjol seperti bakso itu, pertemuan tulang iga bagian atas, kanan atau kiri sama saja.
- Tulang di bawah lingkar bidang susu, (bukan putingnya), kanan atau kiri.
- Tulang di bawanh ketiak, segaris dengan puting susu, kanan atau kiri.
Lakukan ketukan secukupnya, lalu berpindah sesuai urutan 9 titik, tidak ada batasan berapa kali ketukan.
Kelima, setelah selesai ketukan di 9 titik, bimbing mereka untuk tarik nafas panjang, lalu hembuskan sambil ‘membuang’ kepiluan tadi, dan ucapkan “Alhamdulilah”, lakukan 3 kali hembusan nafas.
Anda dapat melakukannya sendiri face-to-face, atau membimbing mereka secara masal untuk melakukan ketukan tadi oleh masing-masing pengungsi.
Saya berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para Pekerja Sosial yang sedang terjun langsung menggeluti pekerjaan yang mulia di lokasi bencana, sekaligus tulisan ini semoga dapat menutup atau mengimbangi tulisan-tulisan yang tidak selayaknya ditulis sehingga menjadi viral di media sosial atas vonis sebab di balik bencana. Tidak selayaknya menuliskan vonis tersebut disebarkan karena hanya Allah-lah Yang Mahatahu segala sesuatu yang terjadi di alam jagad raya dengan segala isinya.
Membiarkan tulisan vonis tersebut beredar akan berakibat menyakiti perasaan warga korban bencana sekaligus akan berpengaruh terhadap semangat para relawan yang sedang berjuang di lapangan. Janganlah warga korban yang sedang berduka ditambahi beban perasaan yang menyakitkan.
Abu Muas T. (Anggota relawan)
(*/arrahmah.com)