KLATEN (Arrahmah.com) – Aparat Densus 88 menjemput paksa Siyono pada Rabu (9/3/2016) saat sedang berzikir di Masjid, lanjut dikabarkan meninggal pada Jumat (11/3) saat pemeriksaan oleh aparat tersebut. Sementara pihak keluarga baru mengetahui pada Sabtu (12/3). Tidak cukup sampai di situ keganasan aparat. Menurut sumber Arrahmah.com di kediaman keluarga Siyono, beberapa orang yang diduga aparat berpakaian preman juga mengintimidasi keluarga.
Sumber tersebut menyebutkan, “Jadi sebelum jenazah datang, keluarga sudah ber azzam (berniat kuat) untuk memandikan ulang dan mengkafani. Namun diintimidasi oleh beberapa aparat preman bahwa jika itu dilakukan maka mereka “tidak bertanggung jawab” atas ekses dan akibat ke depannya nantinya.”
Setelah mengintimidasi keluarga dalam hal ini paman paman korban dan ayahnya, akhirnya saat jenazah Siyono tiba, keluarga hanya mengganti kain kafannya.
“Ketika itu terlihat jelas luka lebam dan memar di sekujur wajah dan tubuhnya dan yang paling kentara menurut kesaksian yang melihat adalah belakang kepala korban yang terus mngluarkan darah segar merah terang meski ditutup banyak kapas.” sebut sumber tersebut.
Saksi di kediaman Siyono juga menyebut kondisi jenazah Siyono sebagai berikut; Hidung patah, muka pelipis kiri memar, jari kaki ada yang hampir putus, hidung dan mulut memar lebam, belakang kepala mengucur darah segar, kaki dan pergelangan memar semua. (azmuttaqin/arrahmah.com)