DAMASKUS (Arrahmah.id) — Setelah rumor Suriah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham kepada anggota parlemen Amerika Serikat (AS) pekan lalu, saluran TV Suriah, Syria TV melaporkan Ahad (27/4/2025) malam bahwa pemerintah Suriah telah menulis surat kepada AS yang menolak untuk bergabung dengan negara lain dalam menormalisasi hubungan dengan Israel.
Sumber-sumber mengatakan kepada saluran TV Suriah, seperti dilansir I24 News (28/4), bahwa pemerintah mencatat bahwa Perjanjian Abraham berlaku untuk “negara-negara yang wilayahnya tidak diduduki Israel, dan karena itu Suriah tidak dapat menjadi bagian dari mereka.”
Meskipun demikian, pemerintah Suriah dalam surat tersebut menegaskan tekadnya untuk terus maju dalam membangun negara yang tidak bercita-cita menjadi ancaman bagi siapa pun.
Laporan Suriah tersebut mencatat bahwa masalah utama yang diangkat oleh AS adalah pasukan militer asing di wilayah Suriah, dengan Amerika Serikat menuntut pemindahan mereka. Pemerintah Suriah menanggapi bahwa masalah ini memerlukan konsultasi yang mendalam dengan AS.
Anggota Kongres AS Cory Mills mengunjungi Damaskus pekan lalu, di mana ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Suriah Ahmad Asy Syaraa mengenai perdamaian antara Suriah dan Israel, serta pencabutan sanksi terhadap negara tersebut.
Menurutnya, Asy Syaraa mengatakan kepadanya bahwa Suriah tertarik untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham di bawah “kondisi yang tepat.”
Anggota Kongres Merlin Statzman juga mengunjungi negara tersebut, dan dalam wawancara eksklusif dengan i24NEWS, berbicara tentang kesannya terhadap Asy Syaraa dan pesannya untuk perdamaian.
Tuntutan Asy Syaraa adalah agar Israel berhenti menyerang wilayah Suriah dan agar Suriah tetap bersatu.
Tuntutan lain yang mungkin menjadi masalah bagi Israel adalah pengaturan mengenai penarikan pasukan Israel dari wilayah Suriah, di Hermon Suriah, dan wilayah lain seperti Dataran Tinggi Golan. (hanoum/arrahmah.id)