JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengurus Pusat DPP Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ustadz Haris Abu Ulya menilai pernyataan Menkopolhukan Joko Suyanto agar kaum Muslimin tidak terpancing untuk marah menanggapi film penghina Nabi Muhammad SAW “Innocence of Muslim” merupakan statemen yang tidak tepat, karena kemarahan terhadap film tersebut terkait kadar keimanan seorang muslim.
“Jika ada orang mukmin tidak marah karena Rasulnya di lecehkan atau dihina maka patut dipertanyakan akidahnya, kadar imannya dan mafhum (pemahaman-red) agamanya,” Kata Ustadz Haris kepada arrahmah.com, Rabu (13/9) Jakarta.
Lanjut Ustadz Haris, konsekuensi dari status penguasa yang mengaku muslim harus mengeluarkan kebijakan luar negeri yang tegas atas kasus pelecehan nabi ini, yaitu menuntut dihukum matinya pembuat film tersebut
“Makanya perlu itu sikap politik luar negri Indonesia tegas mengecam dan menuntut ke tiang gantungan orang yang melecehkan Rasul saw, jika tidak berarti abai dan tidak peduli/empati atas ketersinggungan umat Islam yang 85 persen lebih jadi penghuni negeri Indonesia,” paparnya.
Ia pun heran, dengan dilarangnya umat Islam untuk marah terhadap pembuat film peleceh Nabi, padahal itu suatu hal yang wajar.
“Apa hanya karena alasan demokrasi kebebasan dan HAM kemudian para penguasa umat Islam bisu seribu bahasa dan basa basi mengecam. Jika umatnya marah baru kebakaran jenggot, kontraksi umat muslim lebih sebagai reaksi akibat sistem sampah demokrasi” pungkas Ustadz Haris
Sebagaimana diketahui, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengimbau masyarakat tak terpancing dengan tayangnya ‘Innocence of Muslims’ di Youtube. Masyarakat harus tetap tenang, pemerintah sudah meminta agar tayangan di Youtube itu diblokir.
“Mengimbau agar masyarakat tidak melakukan tindakan tindakan yang tidak perlu,” kata Djoko saat berbincang, Kamis (13/9) dilansir detikcom.
Djoko meminta agar seluruh elemen masyarakat harus bisa menjaga kerukunan antar umat. Percaya bahwa pemerintah sudah mengambil tindakan tepat. (bilal/arrahmah.com)