JAKARTA (Arrahmah.com) – Penceramah kondang asal Riau Ustadz Abdul Somad (UAS) dengan tegas menyatakan tidak mau meminta maaf terkait ucapannya yang dianggap melecehkan agama nasrani.
Hal tersebut disampaikan saat dia diundang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengklarifikasi terkait video ceramahnya yang sedang viral itu.
UAS datang ke kantor MUI di Jakarta dengan mengendarai mobil Pajero putih. Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Muhyiddin Junaidi dan tokoh MUI lainnya menyambut kedatangannya.
UAS menyatakan tidak akan meminta maaf terkait ucapannya yang dilaporkan ke Bareskrim Polri pada Senin (19/08) dengan alasan apa yang ia sampaikan berlandaskan ayat yang ada dalam kitab suci.
“Saya menjelaskan akidah agama saya di tengah komunitas umat Islam dan di dalam rumah ibadah. Bahwa kemudian ada yang tersinggung atas penjelasan saya, apakah saya mesti meminta maaf?” ujar UAS saat konferensi pers di Kantor MUI, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
UAS kemudian mencontohkan surat Al – Maidah Ayat 73 yang menegaskan keyakinannya untuk tidak perlu meminta maaf.
“Sesungguhnya maaf kafirlah orang yang mengatakan Allah itu 3. Saya jelaskan itu di tengah umat Islam, lalu orang yang mendengar itu tersinggung atau tidak? Tersinggung. Apakah perlu saya minta maaf? Kalau saya minta maaf, berarti ayat itu musti dibuang, naudzbubillah,” ujarnya.
Mengenai video ceramahnya yang viral, UAS mengaku tidak berhak meminta kepada jamaahnya untuk menonaktifkan telepon seluler mereka saat dirinya berdakwah.
“Saya (ceramah) di mana-mana, HP orang hidup, merekam, tak bisa saya larang itu. Tak mungkin kemudian saya buat perjanjian ‘semua yang masuk sini (tanda tangan) dengan materai 6.000, jangan disebarkan’. Payah sekali ceramah ni sekarang,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, UAS juga mengungpkan lima pernyataan resmi terkait tanggapannya atas video yang beredar di media sosial.
Pertama, UAS menjelaskan bahwa kehadirannya di Kantor MUI Jakarta Pusat pada Rabu (21/8) adalah untuk bersilaturahmi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Riau. Pertemuan tersebut adalah bentuk silaturahmi antara ustadz daerah dan ulama pusat yang ada di Jakarta.
“Kedua, saya sebagai warga negara yang baik ingin menjelaskan jangan sampai masyarakat menjadi hiruk pikuk disebabkan idu media sosial. Ceramah saya yang diviralkan itu adalah menjawab pertanyaan, bukan teman kajian, bukan inti permasalahan,” terangnya.
“Ada masyarakat bertanya dan menjawab, maka video itu menjawab pertanyaan,” lanjutnya.
Ketiga, lAlumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga menerangkan bahwa ceramah yang disebut-sebut sebagai tindakan penistaan agama itu disampaikan di tengah komunitas Muslim, di dalam masjid, di tempat tertutut, di tengah ummat Islam, dalam kajian khusus, bukan di tempat terbuka dan ramai.
“Poin ke empat, bahwa saya sedang menjelaskan aqidah, keyakinan seorang Muslim, bagaimana di dalam Islam diajarkan bahwa sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah kalau di dalam rumah itu ada patung. Mengapa malaikat tidak mau masuk ke dalam rumah yang ada patung karena di antara tempat-tempat tinggal jin, adalah patung,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut UAS, penjelasan tersebut disampaikan untuk menjaga akidah ummat dan bukan untuk berdialog perbandingan agama.
Terakhir, UAS mengungkapkan bahwa video tersebut sudah berlangsung lama, dan dia sudah tidak memberikan kajian rutin subuh lagi setelah keliling tabligh akbar. Video itu sekitar tiga tahun yang lalu.
(ameera/arrahmah.com)