MOSKOW (Arrahmah.id) — Pihak keamanan Rusia mengamankan sebanyak 1.545 orang di 54 kota yang terlibat dalam sejumlah aksi demonstrasi memprotes aksi negaranya menginvasi Ukraina, Kamis (24/2/2022) malam. Setidaknya 957 orang diantaranya ditangkap di Moskow.
Ribuan kecaman di media sosial pun mengalir menentang tindakan paling agresif Moskow sejak invasi Soviet ke Afghanistan pada 1979.
Rusia sendiri melarang kelompok demonstrasi yang berunjuk rasa tanpa izin. Kendati demikian, sejumlah warga menggelar protes atas nama individu sebagai warga negara.
Pihak berwenang memperingatkan warga bahwa berpartisipasi dalam protes anti-perang dapat menyebabkan penuntutan dan tuntutan pidana.
Sebelumnya, Vladimir Putin berdalih apa yang dilakukan Moskow karena mereka tidak punya pilihan lain selain menyerang Ukraina untuk memastikan keamanan Rusia.
Hal itu disampaikan Putin beberapa jam setelah pasukannya melintasi perbatasan bekas tetangga Sovietnya.
“Apa yang terjadi membuat kami tidak punya pilihan. Kami tidak punya cara lain untuk melanjutkan” kata pemimpin Rusia itu, dikutip dari Daily Sabah (25/2).
Putin mengumumkan perintah operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2) pagi sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Tak lama setelah Putin mengumumkan operasi militer khusus ke Donbas, rentetan ledakan terjadi setidaknya pada tujuh kota di Ukraina, termasuk di Ibu Kota Kiev.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan rudal Rusia telah menyerang basis militer Ukraina di beberapa kota termasuk di Kiev dan pasukan penjaga perbatasan.
Layanan perbatasan Ukraina juga melaporkan bahwa pasukan Rusia datang dari perbatasan di timur, Belarus di utara, dan Crimea yang terletak di selatan negaranya. (hanoum/arrahmah.id)