RAFAH (Arrahmah.id) — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk bersiap memasuki kota Rafah yang menjadi perbatasan di Jalur Gaza, Palestina.
Netanyahu mengumumkan perintah tersebut setelah menolak proposal gencatan senjata 135 hari yang diajukan kelompok perlawanan Palestina Hamas, meskpiun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken yang sedang berkunjung ke Timur Tengah bersikeras bahwa ia masih melihat “ruang untuk mencapai kesepakatan”.
Dilansir AFP (8/2/2024), Netanyahu mengatakan telah memerintahkan pasukan untuk “bersiap beroperasi” di kota tersebut dan bahwa “kemenangan total” atas Hamas hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Soal usulan gencatan senjata, ia mengatakan “menyerah pada tuntutan aneh Hamas yang baru saja kita dengar, karena hanya akan mengundang pembantaian lagi”.
Sementara itu, Blinken yang mendesak gencatan senjata mengatakan bahwa usulan Hamas setidaknya menawarkan kesempatan untuk melanjutkan negosiasi.
“Meskipun ada beberapa hal yang jelas-jelas tidak dapat dimulai dalam tanggapan Hamas, kami pikir hal ini menciptakan ruang untuk mencapai kesepakatan, dan kami akan berupaya tanpa henti sampai kami mencapainya,” kata Blinken beberapa jam setelah bertemu dengan Netanyahu.
Di lain sisi, kekhawatiran meningkat terhadap ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan di Rafah di sepanjang perbatasan Mesir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa serangan militer ke kota tersebut “akan secara eksponensial meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan”.
Agresi Israel di Palestina telah memasuki bulan keempat sejak dimulai pada 7 Oktober lalu. Jumlah warga sipil di Gaza yang tewas juga semakin bertambah.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan korban tewas mencapai lebih dari 27.500 orang, di mana sebagian besar korban di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. (hanoum/arrahmah.id)