IDLIB (Arrahmah.id) — Salah satu tokoh ulama kelompok perlawanan Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS), Abu Mariya al Qahtani, menyeru agar anggota kelompok militan Al Qaeda (AQ) yang ada di cabang-cabang memutuskan hubungan dengan AQ Pusat yang dipimpin Sayf al Adel.
Seperti dilansir dalam laman Aymenn Al Tamimi (24/5/2023), Abu Mariya berdalih bahwa pemimpin AQ (Sayf al Adel) saat ini dalam tahanan Garda Revolusi Iran sehingga dimungkinkan tidak akan dapat sepenuhnya jujur ketika memberikan perintah ke cabang-cabang AQ, terlebih bila merugikan kepentingan Iran.
“Saya meminta cabang-cabang organisasi (AQ) untuk memutuskan hubungan dengan Pusat dan mengutamakan kepentingan umat yang mengobarkan pertempurannya dengan Safawi (ket: Iran Syiah),” pinta Abu Mariya seperti dalam press rilis resminya.
Abu Mariya mempertanyakan kenapa AQ tidak menyerukan umat untuk menghadapi Iran dan membuka front perlawanan terbuka ketika saat ini banyak umat Islam justru sedang memerangi Iran. Dia kemudian mengkritik langkah AQ yang justru menggembosi perlawanan melawan Iran ini dengan hadirnya kelompok militan Hurras al-Din (HaD), cabang kelompok AQ di Suriah.
Menurutnya, usaha yang dilakukan HaD di Suriah ini justru seperti usaha yang dilakukan Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin orang munafik, ketimbang menjadi Abu Basir di era perjanjian Hudaibiyah. Banyak para pemuda akhirnya menahan diri dari menyerang Syiah dan musuh akan tetapi justru malah menyerang kelompoknya Abu Mariya.
“Kepemimpinan Sayf al Adel yang saat ini berada di Iran sebenarnya berada di garis depan musuh umat saat ini. Jadi bagaimana bisa dia menghubungi cabang, meninjau rahasia lapangan, menggunakan kekuasaan, dan mengeluarkan perintah dan larangan, bila keadaanya seperti yang kita ketahui (ket: ditawan),” tambahnya.
Abu Mariya al Qahtani adalah tokoh ulama HTS yang berasal dari Irak. Dia bersama HTS, yang kala itu masih bernama Jabhah Nusrah, pada tahun 2013 memutuskan untuk keluar dari kelompok militan Islamic State of Iraq (ISI) yang berubah menjadi Islamic State Iraq and Syria (ISIS) dan mendeklarasikan kesetiaan barunya pada Ayman al Zawahiri, pemimpin AQ.
Pada tahun 2016, Jabhat Nusrah berganti nama menjadi Jabhat Fath Sham (JFS) yang merupakan gabungan banyak faksi-faksi besar dalam revolusi Suriah. Namun usaha ini tidak mendapat restu penuh dari Zawahiri sehingga membuat JFS pun berganti nama menjadi HTS pada Januari 2017 sekaligus pemutusan hubungannya dengan AQ Pusat. (hanoum/arrahmah.id)