SENEGAL (Arrahmah.com) – Program Keluarga Berencana (KB) di Senegal telah memicu kritik tajam di negeri mayoritas Muslim itu, karena dianggap bertentangan dengan Islam disebabkan membatasi jumlah kelahiran anak.
“Keluarga berencana bukanlah kesehatan reproduksi, bukan jarak antara [usia] bayi; bukan kesehatan wanita, ini adalah untuk membatasi kelahiran,” ujar Imam Ahmed Ndiaye, dikutip Washington Post, seperti dilansir OnIslam pada Ahad (16/3/2014).
Imam Ndiaye adalah salah satu tokoh Muslim yang telah menentang program KB karena dianggap tidak sesuai dengan Islam.
Program KB yang diperkenalkan oleh organisasi internasional (Barat) di Senegal, di mana di negara tersebut keluarga besar berarti sebuah kekuatan dan perekonomian yang meningkat, banyak ditentang oleh para tokoh agama dan juga dikritik sebagai budaya yang tidak berguna.
“Dengan 30 anak, sebagian bisa pergi ke lapangan, sebagia bisa menangani hewan ternak, sebagian bisa pergi ke luar negeri,” kata Hadji Fally Diallo (76), seorang tokoh masyarakat di sebuah desa, yang memiliki tiga isteri dan anak-anak yang banyak.
“Banyak uang yang bisa anda miliki dengan ukuran keluarga ini, jadi ada banyak kekuatan,” tambah Diallo.
Putera Diallo, Ibrahima, ia seorang imam, menambahkan bahwa keluarga yang besar tidak akan berdampak negatif bagi Senegal.
“Kami bahkan bisa memiliki populasi yang lebih dan lebih besar lagi, tetapi dengan solidaritas kami tidak akan mendapati masalah,” katanya. (siraaj/arrahmah.com)