POSO (Arrahmah.com) – Tokoh Muda Poso, Rizal Calvary Marimbo mengungkapkan, berbagai kalangan mulai gerah dengan aksi terorisme berkepanjangan di Kabupaten Poso. Negara dalam hal ini penegak hukum dianggap belum bisa menyelesaikan masalah yang menimpa warga Poso.
“Kami betul-betul marah kepada republik ini. Negara tidak mampu melindungi warga Poso, baik Muslim maupun Kristen di sini, sama-sama seperti tinggal menunggu giliran untuk disembelih “teroris”,” kata Rizal Calvary Marimbo kepada Metrosulawesi, Selasa (20/1).
Dia menegaskan, bila negara tidak sanggup menangkap pelaku teroris, maka warga Poso, dari seluruh unsur keagamaan akan turun ke hutan-hutan dan mengejar sendiri pelaku teror.
“Saya sudah komunikasi dengan kalangan muda, semua sudah marah besar, kita siap kejar. Kami yang paling kenal hutan kami di Poso. Kami lahir di hutan, di sawah, dari kecil kami sudah barotan (panen rotan), kami tidak akan menyerah,” ujar Marimbo geram.
Sebelumnya dirinya meminta agar masalah keamanan di wilayah pesisir Poso langsung ditangani oleh Presiden Joko Widodo atau Wakil Presiden Jusuf Kalla.
“Kami melihat, masalah Poso ini tidak bisa lagi hanya ditangani oleh aparat lokal, kami minta pemerintah pusat yang tangani langsung,” katanya.
Marimbo mengatakan, aksi teror di Poso sudah terang benderang dan dilakukan di depan mata masyarakat dan aparat. Namun aksi ini terlihat awet dan seperti memperdayai aparat keamanan dan warga. Dia meminta agar pemerintah pusat serius menumpas pelaku teror di Poso.
Telah diwartakan, dalam waktu dekat ini tiga orang warga Desa Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, tewas ditembak oleh orang tak dikenal, sekitar pukul 17.00 WITA pada Jumat (16/1).
Beberapa waktu sebelumnya, seorang warga Muhamad Fadli tewas di rumahnya sendiri setelah dibantai oleh pelaku bersenjata. Dan sebelumnya lagi satu warga Lore yang dibunuh oleh orang tak dikenal dan satunya hilang.
Mengutip laporan Kiblat.net, dua tahun yang lalu, tepatnya pada 15 Januari 2013, Kapolres Poso menyebar foto 24 orang DPO Poso yang belum ditangkap. Dalam daftar tersebut juga, polisi menyebar foto pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Santoso.
Namun kini, dalam razia aparat Polres Poso pada Rabu, (21/01) jumlah DPO kasus terorisme tidak berkurang secara signifikan. padahal dalam dua tahun belakangan jumlah orang yang ditangkap di Poso mencapai belasan orang.
Sejumlah nama yang populer seperti Santoso dan Daeng Koro masih bertengger di dalam pamflet DPO yang disebar aparat kepolisian. Sejumlah nama DPO antara tahun 2013 dengan yang terbaru sudah banyak yang berubah.
Negara Tak Lindungi Warga Poso
Marimbo mengatakan, pemuda Poso akan membuat perhitungan terhadap republik ini, apabila negara terus melakukan pembiaran atas berbagai pembantaian warga sipil tidak berdosa di Poso. Bagaimana tidak, negara seakan-akan absen dan tidak menjalankan perintah konstitusi untuk melindungi segenap tumpah darah dan warga Poso.
Katanya dia akan bikin perhitungan kalau republik ini tidak lagi menganggap warga yang perlu dilindungi.
“Kami masih sabar menanti campur tangan negara. Kalau negara tidak segera menangkap dan mengejar “teroris” di Poso, maka kami mulai berpikir apa artinya menjadi warga negara republik ini, karena ini sudah sangat menjengkelkan dan keterlaluan,” kata Marimbo yang saat ini berada di Jakarta untuk membicarakan masalah Poso.
Marimbo mengingatkan agar pihak-pihak yang mempermainkan nyawa orang Poso untuk segera menghentikan aksinya.
“Kami tidak mau tahu teroris ini dari mana dan siapa yang buat. Kalau pelakunya adalah Santoso Cs, silakan negara tangkap, kami sudah marah besar. Ada waktunya kami sabar, ada waktunya meledak,” pungkasnya. (azm/arrahmah.com)