IDLIB (Arrahmah.com) – Kancah jihad negeri Syam berduka. Amir Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah, Syaikh Abu Abdillah Al-Hamawi Hasan Abud dan bersama sekitar 45 orang ulama dan komandan militernya gugur oleh sebuah serangan “gas beracun” saat mereka melakukan pertemuan di kota Raam Hamdan, pinggiran Idlib pada hari Selasa (9/9/2014).
Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani, salah seorang komandan senior dan anggota Majlis Syura Jabhah Nushrah, segera menulis sebuah pesan untuk mujahidin Ahrar Asy-Syam terkait gugurnya puluhan ulama dan komandan mereka.
Dalam pesan tersebut Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani memberikan kesaksian bahwa para ulama dan penuntut ilmu dalam kelompok Ahrar Asy-Syam memiliki peranan sangat besar dalam meluruskan pemahaman-pemahaman yang salah di tengah kancah jihad Syam. Sebagian besar ulama, penuntut ilmu dan kalangan terpelajar di Suriah juga bergabung dalam kelompok Ahrar Asy-Syam.
Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani juga mengingatkan bahwa gugurnya puluhan ulama dan komandan Ahrar Asy-Syam saat ini adalah pukulan sangat telak terhadap jihad Syam. Beliau menengok pada kasus gugurnya Syaikh Marwan Hadid dan kawan-kawan seniornya pada tahun 1975 memberikan pukulan sangat telak kepada kelangsungan jihad di Suriah. Untuk itu beliau mewasiatkan kepada Ahrar Asy-Syam untuk sabar dan istiqamah, melanjutkan jalan yang telah dirintis oleh para syuhada’ mereka.
Berikut ini terjemahan pesan dan kesaksian dari Syaikh Abu Mariya Al-Qathani tersebut, seperti dimuat oleh Marshad Al-Jihad Al-Islami dan situs-situs mujahidin Suriah lainnya.
Kesaksian dan pesan Syaikh Abu Mariya Al-Qahthani
Untuk
saudara-saudaranya dalam Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah
Kepada saudara-saudaraku dalam Harakah Ahrar Asy-Syam Al-Islamiyah, tetap tegarlah, tetap tegarlah dan lanjutkanlah…
Para pemimpin dan ulama syariat Harakah Ahrar Asy-Syam telah merubah [meluruskan] pemahaman-pemahaman keliru yang hampir-hampir menjadi agama yang dengannya manusia beribadah kepada Rabb mereka dalam kancah jihad Syam. Asy-Syaikh Al-‘Alim Al-Mujahid Abu Yazin dan para penuntut ilmu yang bersamanya memiliki perananan paling besar atas hal itu. Hal itu karena saya tidak mendapatkan para penuntut ilmu dalam kader-kader Muhajirin [mujahidin dari luar Suriah] maupun Anshar [mujahidin lokal Suriah] di negeri Syam yang lebih berilmu dari Syaikh Abu Yazin, di kalangan orang-orang yang pernah aku temui.
Ini merupakan sebuah kesaksian, bahkan kader-kader keilmuan dan orang-orang cerdas di negeri Syam bergabung dengan kelompok Harakah Ahrar Asy-Syam dan tidak bergabung dengan Jabhah Nushrah, karena Jabhah Nushrah memiliki kaitan dengan kelompok Daulah Islam.
Saudara-saudara kita dalam Ahrar Asy-Syam tidak memiliki kritikan dan celaan terhadap manhaj dan kepemimpinan Jabhah Nushrah. Mereka pada saat itu memiliki hubungan sangat dekat dengan Syaikh Al-Fatih Abu Muhammad Al-Jaulani hafizhahullah dan menjalin komunikasi dengan beliau untuk melakukan pendekatan dan persatuan, kalau bukan karena deklarasi buruk [deklarasi ISIS April 2013, edt] dari Al-Baghdadi yang menyeret kancah Syam kepada kondisi saat ini.
Sekali-kali kita tidak akan pernah melupakan sikap Syaikh Abu Abdillah Al-Hamawi yang bersama kami, bahkan beliau memberikan banyak sikap dukungan kepada kami. Semoga keselamatan atas ruh beliau bersama orang-orang yang kekal [di Surga].
Ketika saya memasuki negeri Syam, kalau bukan karena Allah menakdirkan aku dan memberikan karunia kepadaku untuk menyertai syaikh kami yang terhormat Abu Muhammad Al-Jaulani, niscaya saya tidak memiliki pilihan selain menjadi salah seorang tentara dalam barisan tentara saudara-saudara kami, Harakah Ahrar Asy-Syam.
Sebagian orang mengingkari kami ketika kami mengatakan bahwa peristiwa ini [gugurnya lebih dari 40an komandan dan ulama Ahrar Asy-Syam, edt] merupakan sebuah pukulan telak terhadap kancah secara umum dengan cara memberikan pukulan telak terhadap jihad Syam. Mereka berargurmen dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam:
فَإِنَّ اللَّهَ (قَدْ) تَكَفَّلَ لِي بِالشَّامِ
“Sesungguhnya Allah memberikan kepadaku jaminan perlindungan atas negeri Syam.” (HR. Ath-Thabarani dan Ibnu Hibban. Hadits shahih li-ghairih)
Saya tidak mengingkari adanya jaminan perlindungan dari Allah untuk negeri Syam. Tapi bukankah dahulu gugurnya Syaikh Marwan Hadid dan rekan-rekannya [pada era 1970-1982an, edt] juga merupakan pukulan telak terhadap jihad Syam?
Sungguh mengherankan mereka berargumen dengan hadits ini. Saya katakan kepada mereka: “Jika begitu, kenapa mujahidin tidak meninggalkan saja jihad di negeri Syam dan menggantungkan diri kepada hadits jaminan Allah ini?” Sungguh mengherankan sebagian akal yang terkena pemikiran Jabbariyah (paham bid’ah dan sesat yang menyatakan manusia sekedar boneka di tangan dalangnya, tanpa memiliki kehendak dan kemampuan bertindak, edt).
Oleh karena itu kami ulangi, bahwa sesungguhnya kancah jihad Syam telah mendapakan pukulan sangat telak yang belum pernah setelak ini pada masa-masa sebelumnya. Para pemimpin Ahrar Asy-Syam adalah para tiang utama dan pondasi inti dari jihad di negeri Syam. Bahkan engkau belum pernah menemukan para pemimpin yang memiliki ilmu syar’I dan kesadaran politik dalam kancah-kancah jihad kontemporer seperti para pemimpin Ahrar Asy-Syam, semoga Allah menerima mereka.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala semoga menggantikan mereka dengan orang-orang yang baik dan meneguhkan orang-orang yang masih hidup. Sebab negeri Syam masih menyimpan cadangan kader-kadernya.
Oleh karena itu kami katakan kepada saudara-saudara kami dalam Ahrar Asy-Syam: “Bersabarlah kalian, dan lanjutkanlah perjalanan kalian, sebab terbitnya fajar telah dekat, dengan izin Allah Ta’ala.”
(muhib al majdi/arrahmah.com)