WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah toko kelontong di negara bagian AS, New Mexico, menjadi objek protes massa karena memasang papan yang kontroversial – termasuk satu yang bertuliskan “Obama & Muslim lainnya tidak diterima di sini” – di etalasenya, seperti dilansir Al Araby pada Rabu (4/1/2017).
Toko, yang terletak di kota kecil Mayhill – sekitar 165 mil (265 kilometer) sebelah tenggara dari Albuquerque – dilaporkan telah memasang papan semacam ini selama bertahun-tahun. Namun toko ini menjadi bahan pengawasan setelah salah seorang pendatang melaporkannya pada salah satu stasiun televisi.
Menurut seorang mantan karyawan yang diwawancarai oleh penyiar TV lokal KOB, pemilik toko mengusir orang-orang yang terganggu oleh papan yang ia pasang di etalase.
“Papan bertuliskan hal-hal semacam ini sudah ada sejak dulu,” kata Marlon McWilliams, sang pelapor, pada KOB. “Jika anda masuk ke sana dan anda menyinggung perasaannya (sang pemilik toko), maka anda tidak bisa masuk ke sana lagi.”
“Dia membuat banyak orang menjauh.”
McWilliams mengatakan pemilik toko menargetkan Presiden Barack Obama dan tokoh masyarakat lainnya dan juga menjual papan bertuliskan slogan anti-Muslim lainnya ke pelanggan.
Dalam salah satu slogan dikatakan “Bunuh Obama” dalam huruf besar.
Aksi kontroversial ini telah memicu badai protes di media sosial. Banyak di antara netizen menyerukan pemboikotan terhadap toko tersebut. Sementara tidak sedikit juga yang membela pemilik toko itu dengan dalih hak untuk kebebasan berbicara.
Sang pemilik toko sejauh ini tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar.
Staf di hotel dan cafe yang terletak di sebelah toko menolak berkomentar saat AFP melakukan peliputan.
Kelompok advokasi Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) sementara mengeluarkan pernyataan yang mendesak pemilik toko untuk melepaskan papan-papan tersebut.
“Saat semua menyebutkan hak untuk bebas berbicara – bahkan secara ofensif – kami mendesak pemilik toko untuk menghapus tanda demi kepentingan umum dan kesatuan bangsa di tengah meningkatnya perpecahan,” kata juru bicara CAIR, Ibrahim Hooper.
Kejahatan yang didasari kebencian dan Islamofobia melonjak di AS setelah peluncuran kampanye pemilihan Presiden terpilih Donald Trump.
Hampir 900 insiden tercatat di seluruh penjuru AS dalam 10 hari pertama setelah pemilu Trump, banyak penyerang tampaknya termotivasi oleh kemenangannya, sebuah kelompok advokasi melaporkan pekan lalu. (althaf/arrahmah.com)