NDUGA (Arrahmah.com) – Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Infantri Muhammad Aidi mengatakan kelompok bersenjata Papua yang telah membunuh 31 pekerja PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, memiliki senjata ilegal dengan standar militer dan bahkan standar organisasi The North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Aidi juga mengungkapkan, kelompok bersenjatan pimpinan Egianus Kogoya itu punya perlengkapan senjata standar militer karena merampas milik anggota TNI-Polri dan pasokan dari luar negeri secara ilegal.
“Dari data laporan intelijen yang kita terima, mereka memiliki senjata api. Senjata standar militer. Jumlahnya puluhan, standar militer, standar NATO,” kata Aidi di Jakarta, Selasa (4/12), lansir CNN Indonesia.
Namun, kata Aidi, pihaknya belum memiliki informasi rinci seputar kekuatan senjata yang dimiliki kelompok Egianus saat ini.
“Sebagian senjata api itu diambil dari hasil rampasan terhadap TNI-Polri di pos-pos [penjagaan]. Sebagian juga yang selama ini berhasil kita sita senjatanya ada yang indeks TNI dan Polri, ada juga yang bukan indeks TNI/Polri artinya berasal dari luar [negeri],” jelasnya.
Aidi belum bisa memastikan negara mana yang menyuplai senjata ke tangan kelompok Egianus.
Ia hanya menyatakan senjata-senjata yang dimiliki kelompok tersebut kebanyakan buatan pabrikan senjata dari negara Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat.
“Termasuk buatan Pindad sendiri ada. Memang tidak semua negara memiliki produksi senjata. Tapi semua negara memiliki angkatan bersenjata. Jadi bisa dari mana saja itu senjatanya,” ungkapnya.
Selain membantai 31 pekerja proyek pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Kelompok Kriminal Bersenjata juga menyerang Pos Yonif 755/Yalet di Distrik Mbua.
Akibat penyerangan itu seorang prajurit TNI tewas ditembak. Kabarnya seorang prajurit TNI lainnya terluka.
(ameera/arrahmah.com)