JAKARTA (Arrahmah.com) – Panglima TNI Jenderal Moeldoko akan mengerahkan pasukannya untuk mengawal dan mengamankan proses rekapitulasi suara Pemilu Presiden 22 Juli mendatang di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta.
“Saya selaku Panglima TNI memposisikan Gedung KPU saat ini sebagai center of gravity. Sebagai objek strategis nasional dalam konteks pemilu,” kata Moeldoko di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat 18 Juli 2014, seperti dikutip dari vivanews.
Menurut dia, KPU sebagai lembaga negara yang menentukan siapa presiden Indonesia lima tahun ke depan perlu mendapatkan pengamanan ekstra dari pasukan TNI. Dia akan memastikan anggota, dokumen dan Gedung KPU benar-benar aman dan terlindungi.
Upaya tersebut digambarkan melalui latihan gabungan simulasi pengamanan di Gedung KPU yang dilakukan pasukan khusus TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta.
Sementara itu, Panglima Divisi I Kostrad, Mayor Jenderal TNI Fransens G Siahaan, yang menjadi komandan latihan mengatakan, simulasi ini melibatkan 64 personel pasukan khusus dari tiga matra, yakni Kopassus dan Kostrad dari TNI AD, Paskhas dari TNI AU dan Marinir dari TNI AL.
“Dalam latihan ini menurunkan 12 helikopter dari berbagai jenis. TNI AD mengerahkan 3 Helli jenis Bell 412 ditambah 4 Buah MI 17. TNI AU menurunkan 3 Unit Helli Super Puma Nas 332. Sedangkan Angkatan Udara menurunkan 3 Helli Bel 412,” ujar Fransens.
Sementara Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga akan memberikan pengamanan berlapis di Gedung KPU, pada 22 Juli 2014. Kapolri Jenderal Sutarman sendiri telah menyebut Jakarta menjadi titik krusial dalam pengamanan karena menjadi pusat tempat penghitungan.
Sutarman mengatakan, akan melakukan pengamanan maksimal dan berlapis. ”Mulai dari ring satu di dalam gedung, ring dua, tiga hingga empat,” kata dia, Jumat (18/7/2014), tulis ROL.
Pengamanan dilakukan agar jalannya penghitungan tertib, aman dan lancar serta tidak ada intimidasi dari pihak manapun. Sutarman sendiri mengajak segala pihak untuk ikut mengawasi KPU agar suara yang dalam penghitungan murni suara rakyat.
Di masyarakat beredar broadcast (bc) akan adanya kerusuhan jelang dan pasca pengumuman rekapitulasi suara Pilpres 2014. Kerusuhan dipicu oleh ketidakpuasan massa pendukung salah satu Capres atas keputusan KPU. Dalam bc itu disebut kerusuhan ini akan berlangsung massif di Boyolali, Klaten, Solo, Jakarta, Aceh, Maluku, Bali dan Papua. (azm/arrahmah.com)