PARIS (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, setelah begitu banyak analisis dan teori konspirasi bermunculan sebagai reaksi atas insiden penembakan di Charlie Hebdo Paris, Perancis, akhirnya terdapat sebuah titik terang disampaikan oleh Al-Qaeda Semenanjung Arab (AQAP), sebagaimana dilansir Huffington Post, Jum’at (09/1/2015).
Secara tegas AQAP menjelaskan bahwa serangan di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris merupakan balasan bagi mereka yang menodai “kehormatan” Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Hal tersebut disampaikan oleh seorang anggota AQAP kepada sejumlah kantor pers pada Jumat (09/1).
Said Kouachi, salah seorang dari dua bersaudara yang terlibat dalam serangan itu diakui pernah pergi ke Yaman pada 2011. Ia pernah menerima pelatihan serta bergabung bersama AQAP, ujar pejabat AS dan Yaman.
Intelijen AS menjelaskan kepada kantor berita Asosiation Pers (AP) bahwa Said Kouachi, salah satu pelaku, dilatih dalam rangka persiapan pulang ke negaranya dan melancarkan serangan.
Dengan demikian, telah terkonfirmasi bahwa operasi kali ini menjadi operasi AQAP yang sukses di negara Barat, setelah dua kali gagal.
Sesaat setelah serangan, ulama senior AQAP Syaikh Harits al-Nadhari mengungkapkan dalam akun Twitternya bahwa operasi tersebut sebagai “serangan yang diberkahi”. Beliau juga menyebut bahwa Perancis itu “najis” dan menyebut mereka “pemimpin yang berselingkuh yang menghina nabi.”
Syaikh Harits juga memuji para penyerang yang diungkapkan sebagai “pahlawan Mujahidin” yang menurutnya “mengajarkan mereka (orang-orang kafir) pelajaran dan batas-batas kebebasan berbicara.”
Syaikh Harits membuat pernyataan singkat saja, tanpa memberikan pengakuan langsung telah bertanggung jawab atas penyerangan tersebut. Ia menambahkan, “Bagaimana mungkin kita diam tidak melawan orang-orang yang menyakiti nabi, memfitnah agama kita dan memerangi orang Islam.”
Ia melanjutkan pernyataannya yang ditujukan kepada Perancis, “Lebih baik bagi Anda untuk berhenti menyerang umat Muslim sehingga Anda dapat hidup dengan damai. Tetapi jika Anda terus menyerang, kemudian bersukacita, Anda tidak akan menikmati perdamaian selama Anda memerangi Allah dan nabi-Nya dan memerangi umat Islam.”
Tidak dijelaskan mengapa Syaikh Harits tidak langsung mengatakan AQAP yang berada di balik serangan itu. Anggota itu mengatakan kepada AP (Assosiation Press) bahwa AQAP menunda deklarasi resmi karena “alasan keamanan.”
“Pemimpin AQAP mengarahkan operasi dan mereka telah memilih target mereka dengan hati-hati sebagai balas dendam atas kehormatan nabi,” kata anggota Al-Qaeda lainnya. Ia mengatakan, Perancis menjadi sasaran “karena peran Perancis yang jelas dalam perang melawan Islam dan bangsa-bangsa yang tertindas.”
Ia memperingatkan bahwa mereka yang “mengganggu kesucian Islam dan melindungi orang-orang yang melecehkan (Islam) akan membayar harga “mahal” dan hukuman yang berat”. “Kejahatan negara-negara Barat, termasuk Amerika, Inggris dan Perancis akan menjadi bumerang dalam di negara mereka,” tegasnya.
Ia mengatakan, AQAP akan melanjutkan kebijakan pemimpin Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri yaitu “memukul kepala ular… sampai Barat “bertekuk lutut”.”
Ia juga mengutip peringatan pemimpin Al-Qaeda, Syaikh Usamah bin Ladei tentang konsekuensi melecehkan kesucian Islam.
Anggota AQAP ini berbicara dengan tidak menyebutkan nama karena tidak diizinkan oleh pemimpinnya. Pernyataan yang sama dalam bahasa Arab kemudian diposting di Twitter oleh akun yang dikenal sebagai pendukung AQAP.
Beberapa saksi serangan di Paris mengatakan bahwa Said Kouachi, kakak dari dua bersaudara yang menyerbu kantor Charlie Hebdo, mengaku anggota AQAP selama aksinya tersebut. Adiknya yang berusia 32 tahun , Cherif Kouachi, pernah dihukum atas tuduhan terorisme pada tahun 2008, karena ia terlibat dalam jaringan pengiriman jihadis untuk melawan pasukan AS di Irak.
Mereka berdua akhirnya terbunuh pada Jumat (09/01) dalam bentrokan senjata dengan polisi Prancis.
Seorang pejabat keamanan Yaman berkata bahwa Said Kouachi diyakini telah berjuang dengan AQAP pada tahun 2011 di provinsi Abyan.
Pada saat itu, para pejuang AQAP mengambil keuntungan dari kekosongan keamanan selama pemberontakan yang akhirnya menggulingkan Presiden Ali Abdullah Saleh. Mujahidin merebut beberapa desa dan kota di bagian selatan negara itu. Provinsi Abyan merupakan basis AQAP, yang melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah untuk merebut lebih banyak wilayah.
Pejabat Yaman lainnya mengatakan bahwa Kouachi diyakini berada di antara ratusan orang asing yang dideportasi pada 2012 silam, ketika pemerintah mengusir banyak mahasiswa asing. Hal itu karena ada indikasi keberadaan mereka di Yaman karena berhubungan dengan Al-Qaeda, bukan untuk belajar.
Kedua pejabat tersebut berbicara kepada Associated Press (AP) tanpa menyebutkan nama karena penyelidikan tentang Kouachi saat tinggal di Yaman sedang berlangsung.
Para pejabat AS percaya otoritas Perancis mengetahui bahwa Kouachi melakukan perjalanan ke Yaman, tetapi Prancis tidak mengetahui apa yang dilakukan mereka di negara tersebut. Namun, pihak berwenang Perancis menempatkan Kouachi bersaudara dalam pengawasan ketat ketika mereka pulang ke Perancis.
Para pejabat percaya bahwa mereka menjalani kehidupan di Prancis seperti biasa, sehingga Perancis menilai bahwa mereka kurang mengancam dan pengawasan terhadap mereka dikurangi.
Seorang pejabat penegak hukum Amerika mengatakan, Kouachi bersudara memiliki cukup banyak kekhawatiran sehingga masuk dalam daftar larangan terbang. Dia berbicara dengan tidak menyebutkan nama untuk kepentingan investigasi yang sedang berlangsung.
Upaya-upaya AQAP
Sebelumnya, Al-Qaeda Yaman melakukan upaya untuk mengebom sebuah pesawat jet penumpang Amerika di Detroit pada Desember 2009.
Calon pelaku bom diri yang berkewarganegaraan Nigeria, Umar Farouk Abdulmutallab gagal meledakkan bahan peledak di tubuhnya. Ia pergi ke Yaman untuk mempersiapkan serangan itu dan mungkin telah bertemu dengan ulama Amerika-Yaman Syaikh Anwar al-Awlaki, yang terkait dengan Al-Qaeda. Adapun Al-Awlaki, beliau terbunuh dalam serangan pesawat drone AS pada September 2011.
Pada tahun 2010, AQAP juga telah berusaha untuk mengirim bom dalam bentuk paket yang dikirim ke target di Amerika Serikat, tetapi paket dicegat dalam penerbangan melalui Eropa dan Uni Emirat Arab. Wallahua’lam bish shawab.
(adibahasan/arrahmah.com)