NEW DELHI (Arrahmah.id) — Sebuah artikel yang diterbitkan sebuah surat kabar India memicu perdebatan setelah mengklaim pemerintah negara itu berharap memperoleh alat tes DNA untuk melacak “kemurnian ras.”
Dilansir New Indian Express (1/6/2022), Kementerian Kebudayaan India memiliki rencana untuk melakukan studi “kemurnian rasial” di negara itu.
Menurut laporan itu, Kementerian Kebudayaan India telah mengalokasikan USD1,29 juta atau sekitar Rp 18,7 miliar untuk proyek pengadaan kit dan peralatan profil DNA untuk membangun sejarah genetik negara tersebut.
Laporan berita menambahkan bahwa Kementerian Kebudayaan India sedang dalam proses memperoleh serangkaian peralatan profil DNA dan mesin canggih terkait untuk membangun sejarah genetik dan melacak kemurnian ras di India.
Laporan itu menambahkan bahwa Menteri Kebudayaan Sekretaris Govind Mohan mengadakan pertemuan dengan seorang arkeolog terkenal, Profesor Vasant S. Shinde dan ilmuwan senior dan sarjana.
“Kami ingin melihat bagaimana mutasi dan percampuran gen pada populasi India telah terjadi selama 10.000 tahun terakhir,” Prof. Shinde melaporkan seperti dikutip dari Sputnik (2/6).
Politisi India pun ramai-ramai mengecam pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi.
“Terakhir kali sebuah negara memiliki kementerian budaya yang mempelajari ‘kemurnian rasial’, itu tidak berakhir dengan baik. India menginginkan keamanan kerja & kemakmuran ekonomi, bukan ‘kemurnian rasial’, Perdana Menteri,” kata anggota Kongres Rahul Gandhi melalui akun Twitternya.
Serangan terselubung Gandhi terhadap Perdana Menteri Narendra Modi tampaknya merupakan referensi terselubung kepada diktator Jerman Adolf Hitler dan pandangan partai Nazinya tentang kemurnian ras, yang mengakibatkan penganiayaan dan pembunuhan massal jutaan orang Yahudi.
Namun, Gandhi tidak mengklarifikasi apa pun dalam tweet-nya. Jairam Ramesh, seorang anggota parlemen senior Kongres, juga mengkritik langkah “jahat” pemerintah federal.
“Tidak ada yang lebih jahat daripada keputusan kementerian kebudayaan untuk memperoleh mesin profil DNA untuk menetapkan sejarah genetik dan ‘menelusuri kemurnian ras di India’. Sejarah genetik adalah satu hal, tetapi kemurnian ras?” tweetnya.
Anggota parlemen Muslim populer dan presiden partai All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen, Asaduddin Owaisi, dalam serangkaian tweet menyebut gagasan itu sebagai “Nazisme”.
“Orang India modern semua adalah hasil dari migrasi. Terlepas dari keturunan, kita semua adalah warga negara India hari ini. Daripada masa lalu, Modi harus khawatir tentang sekarang. Pemuda India menatap masa depan yang suram. Hanya satu ideologi yang terobsesi dengan ‘kemurnial rasial’ & itu Nazisme,” cuit Owaisi.
Dalam tweet terpisah, penulis terkenal Anand Ranganathan mengatakan: “Ras bukan konsep ilmiah, kemurnian apalagi.” “Tidak hanya 8 Miliar Manusia 99,97% identik secara genetik, tetapi genom manusia modern juga merupakan campuran DNA primata, tumbuhan, bakteri, parasit, dan virus. Hanya orang bodoh yang menyamakan penyelidikan leluhur genetik dengan kemurnian ras,” tambahnya.
Sementara itu, Niraj Rai, kepala kelompok laboratorium DNA kuno di Institut Palaeosciences Lucknow Birbal Sahni, pada hari Rabu mengatakan bahwa kemurnian ras bukanlah suatu hal dan ras bukanlah konteks yang didukung secara biologis.
Dia menambahkan bahwa konsep kemurnian ras telah menjadi alat bagi politisi untuk menyebarkan rasisme dan tidak boleh digabungkan dengan keturunan genetik. (hanoum/arrahmah.id)