WASHINGTON (Arrahmah.id) – Tiongkok dan Rusia dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan Angkatan Bersenjata Yaman yang berafiliasi dengan kelompok Ansarallah, yang memberikan jalur aman bagi kapal-kapal mereka di Laut Merah, situs berita Bloomberg yang berbasis di AS melaporkan pada Kamis (21/3/2024), mengutip sumber-sumber informasi.
“Tiongkok dan Rusia mencapai kesepahaman setelah pembicaraan antara diplomat mereka di Oman dan Mohammed Abdel Salam, salah satu tokoh politik terkemuka syiah Houtsi (Ansarallah), kata sebuah sumber, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya,” menurut laporan tersebut.
Menurut Bloomberg, perjanjian tersebut akan memberikan dukungan politik kepada kelompok Yaman di Dewan Keamanan PBB dan badan internasional lainnya.
Perwakilan dari pemerintah Tiongkok, Rusia, dan kelompok Ansarallah tidak mengomentari laporan tersebut.
Tanjung Harapan
Mulai November lalu, Yahya Saree, juru bicara militer angkatan bersenjata Yaman, mengumumkan bahwa “kapal-kapal yang menuju entitas Zionis tidak akan lewat jika makanan dan obat-obatan tidak memasuki Jalur Gaza”.
Pada 19 November, Ansarallah mengambil kendali kapal “Israel” Galaxy Leader, mengangkutnya dan awaknya ke pantai Yaman.
Sejak itu, kelompok tersebut berjanji akan menargetkan setiap kapal kargo yang menuju “Israel”, apapun kewarganegaraannya dan siapapun yang mengoperasikannya.
Pada 14 Maret, pemimpin Ansarallah Yaman, Abdul Malik al-Houth, semakin meningkatkan serangannya, bersumpah untuk mencegah kapal-kapal yang terkait dengan “Israel” melintasi Samudera Hindia menuju Tanjung Harapan.
Al-Houtsi mengatakan bahwa operasi Ansarallah yang menargetkan kapal-kapal di Laut Merah – Bab al-Mandab dan Laut Arab – untuk mendukung Perlawanan Palestina di Gaza akan terus berlanjut dan akan diperluas untuk mencegah kapal-kapal yang terkait dengan “Israel” bahkan melewati Samudera Hindia menuju Tanjung Harapan.
Menanggapi serangan Ansarallah, Amerika Serikat dan Inggris, dalam aliansi dengan beberapa negara lain, telah melancarkan operasi militer terhadap Ansarallah mulai 11 Januari.
Aliansi pimpinan AS, yang disebut Prosperity Guardian, mengatakan bahwa serangan udara tersebut ditujukan untuk melemahkan kemampuan kelompok tersebut dalam mengancam navigasi maritim di Laut Merah.
Namun, serangan yang dipimpin AS memperburuk situasi yang sudah tegang. Beberapa perusahaan pelayaran internasional terpaksa menghentikan operasi di Laut Merah atau mengalihkan operasi mereka untuk menghindari serangan Ansarallah. (zarahamala/arrahmah.id)