KABUL (Arrahmah.id) – Seorang akademisi Australia yang pernah menjadi tawanan Taliban selama tiga tahun kembali ke Afghanistan untuk menyelesaikan ‘perjalanannya’ dan mendukung kelompok militan tersebut.
Timothy Weeks tiba di Kabul, Afghanistan, pada Jumat (12/8/2022) sore dan memeluk Khalid Zadran, juru bicara polisi Taliban. Weeks mengumumkan bahwa dia datang ke Kabul untuk ‘merayakan satu tahun pemerintah Imarah Islam Afghanistan (IIA)’.
Weeks telah menjadi pendukung setia Taliban sejak memeluk agama Islam pada Mei 2018 saat disandera antara Agustus 2016 dan November 2019.
Dia kemudian mengubah namanya menjadi Jibra’il Omar sesuai dengan keyakinan barunya. Dia mengklaim bahwa nama baru itu melambangkan keyakinannya bahwa seorang malaikat agung mengawasinya selama dia menjadi sandera Taliban.
Setibanya di Afghanistan, Weeks mengatakan kepada wartawan bahwa ia kembali ke Afghanistan untuk menyelesaikan ‘perjalanannya’.
“Saya pertama kali datang ke Afghanistan enam tahun lalu seperti yang Anda tahu, pada tahun 2016, dan saya datang ke sini dengan mimpi untuk belajar tentang Afghanistan. Sekarang saya datang lagi untuk menyelesaikan perjalanan saya,” katanya seperti dilansir Tolo News.
“Saya juga datang untuk merayakan peringatan satu tahun pemerintah Imarah Islam Afghanistan yang saya dukung,” lanjutnya.
“Saya menghabiskan tiga setengah tahun dengan tentara Taliban, dan saya melihat orang-orang ini dalam cahaya yang tidak dapat dilakukan orang lain,” paparnya.
Weeks disandera oleh Taliban di Kabul pada 9 Agustus 2016, setelah tiba 33 hari lebih awal untuk mengajar bahasa Inggris di American University of Afghanistan.
Dia dan akademisi Amerika Kevin King dibebaskan dengan imbalan tiga pejabat tinggi Taliban pada November 2019.
Ketika dia tiba di Sydney setelah pembebasannya, Weeks berkata, “Waktu yang saya habiskan sebagai sandera dengan Taliban memiliki efek mendalam dan tak terbayangkan pada saya.”
“Saya berjuang untuk menemukan kata-kata untuk mengungkapkan betapa sepenuhnya ini telah mengubah saya,” ungkapnya.
“Kadang-kadang saya merasa seolah-olah kematian saya sudah dekat dan bahwa saya tidak akan pernah kembali untuk melihat orang-orang yang saya cintai lagi,” lanjutnya.
Weeks, yang dibesarkan di sebuah rumah Kristen di kota Wagga Wagga New South Wales, mengatakan para penjaga yang menahannya mengilhami dia untuk masuk Islam dengan ‘iman mereka yang tak terduga dan tak tergoyahkan’.
“Saya pikir para penjaga Taliban akan sangat gembira tetapi mereka malah mengancam akan membunuh saya,” katanya, berbicara tentang pertobatannya.
Weeks merupakan advokat vokal untuk Taliban setelah jatuhnya Kabul pada Agustus 2021.
“Sementara beberapa orang membuat narasi palsu mereka tentang ‘jahat’, kebenaran di lapangan berbicara untuk dirinya sendiri,” katanya dalam invasi yang berlangsung selama seminggu.
“Orang-orang Afghanistan telah berbicara,” tuturnya.
Dia mengklaim Taliban mampu menguasai Kabul begitu cepat karena dukungan penduduk lokal yang besar. (rafa/arrahmah.id)