Disebutkan Time, Ammerika Serikat sama sekali tidak menyukai kesepakatan Mekah antara Fatah dan Hamas yang bertujuan menggalang persatuan nasional ini.
Majalah ini juga menyebutkan, banyak pengamat masalah-masalah kawasan ini menilai kesepakatan itu sebagai pukulan telak bagi AS, khususnya ambisi negara ini untuk mengucilkan Hamas.
Dalam artikel berjudul,”U.S. the Big Loser in the Mecca Deal?, Time juga menulis, kesepakatan antara Mahmoud Abbas, pemimpin Fatah, dan Khalid Meshal, salah seorang pemimpin Hamas, sama sekali tidak menggubris prinsip-prinsip Kwartet (AS, Rusia, Uni Eropa dan PBB), khususnya dalam masalah pengakuan terhadap eksistensi Rezim Zionis Israel.
Menunggu Hasil
Sementara itu, pihak Israel menunggu hasil kesepakatan dari pertemuan kedua fraksi berpengaruh di Palestina tersebut. Perdana menteri Israel Ehud Olmert mengatakan, negaranya tidak menolak tetapi juga tidak menerima kesepakatan yang dicapai Hamas dan Fatah pekan lalu. Olmert mengatakan negaranya sedang menunggu rincian kesepakatan itu.
Ia mengulangi persyaratan Israel untuk bersedia berbicara dengan pemerintah Palestina yaitu Palestina mesti mengakui Israel, membuangkan kekerasan dan menerima semua perjanjian terdahulu yang dicapai dengan Israel.
Dalam pertemuan penting itu, Presiden Abbas meminta pemerintah baru Palestina untuk menghormati semua perjanjian yang telah dicapai dengan Israel. Namun yang jelas, dalam kesepakatan itu, tidak ada disebut-sebut tentang mengakui Israel atau membuang kekerasan. Penasehat senior Hamas Ahmed Youssef mengatakan hari Sabtu bahwa pemerintah baru tidak akan mengakui Israel.
Kesepakatan Fatah-Hamas itu ditandangani hari Kamis di Mekah oleh Presiden Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Mashaal disaksikan oleh Raja Arab Saudi Abdullah. [cha, berbagai sumber/hid.com]