JAKARTA (Arrahmah.com) – Tim pendukung terdakwa penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, diduga mengerahkan tukang sihir, pasukan ilmu hitam atau magic untuk mempengaruhi suasana sidang dalam kendalinya. Indikasi adanya magic bisa dilihat dari beberapa saksi pelapor yang seperti tidak bisa menjawab atau kosong pikirannya ketika ditanya kembali oleh kuasa hukum Ahok.
“Ada indikasi mengunakan magic. Karena saya mliihat ada teman yang menjadi saksi pelapor pikirannya menjadi blank (kosong). Seperti Gus Joy yang sampai tidak mengetahui dimana sekolahnya,” kata Syamsu Hilal, pelapor kasus penodaan agama dengan terdakwa Ahok saat mengikuti diskusi publik bertema “Akankah Ahok Dipenjara” di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (2/2/2017), dikutip Harianterbit.
Menurut Syamsu, pengaruh ilmu hitam tersebut juga tidak hanya mempengaruhi para saksi yang akhirnya disebut tim pendukung Ahok sebagai saksi palsu. Karena akibat ilmu hitam tersebut juga mempengaruhi hakim dan jaksa. Tidak heran ada diantara hakim dan jaksa yang mengantuk dalam persidangan penistaan agama tersebut.
“Dibarisan pendukung Ahok memang ada terlihat komat-kamit. Karena curiga adanya permainan magic maka teman ada yang memanggil ahli rukyah,” ujar Syamsu.
Syamsu mengungkapkan, ahli rukyah yang didatangkan bernama Ustadz Sahal. Ia didatangkan dipersidangan ke 8 yang digelar pada Selasa (31/1/2017) kemarin. Dari hasilnya rukyah Ustadz Sahal menyebut ada tiga paranormal yang digunakan tim pendukung Ahok dipersidangan. Ustadz Sahal bahkan mengetahui posisi tiga paranormal tersebut.
“Ini Wallahu a’lam ya. Tapi adanya paranormal itu ada pengaruhnya,” tegas Syamsu.
Adanya pengaruh magic, sambung Syamsu, juga diakui oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Ketika itu salah satu jaksa mengaku bahwa ketiga temannya mengalami sakit kepala secara bersamaan. Syamsu menilai, secara awam memang tidak bisa melihat secara langsung pengaruh dari ilmu hitam namun bisa dirasakan.
“Magic bisa dimanfaatkan untuk mempengaruhi seseorang secara psikologi atau kejiwaan,” papar Syamsu.
Agar tidak terpengaruh dengan permainan paranormal, tegas Syamsu, maka pada persidangan berikutnya akan tetap menghadirkan Ustadz Sahal guna mengawal persidangan dari serangan ilmu hitam. Beruntung Ustadz Sahal juga bersedia untuk membentengi persidangan dari pengaruh jahat.
Klenik di pengadilan
Terspisah, Ketua Qurrota A’yun Psychology Consultant, Dimas Cokro Pamungkas mengatakan, isu klenik di segala bidang di Indonesia pasti ada tidak terkecuali di dunia politik dan peradilan. Apalagi banyak masyarakat yang masih sangat mempercayai hal tersebut. Namun menghadirkan paranormal di persidangan Ahok harusnya tidak dilakukan.
“Memakai jasa klenik di peradilan saya kira kok kurang tepat sasaran. Karena di situ tempatnya orang mengumpulkan bukti, memaparkan logika dan beradu argumen. Lebih baik menyiapkan pengacara dan segala hal yang bisa mendukung secara nyata daripada pikiran berkutat di dunia klenik, peradilan dunia orang pinter dalam artian yang sebenarnya,” ujar Dimas.
Dimas menegaskan menggunakan jasa klenik juga tidak tepat karena bisa beresiko dengn akidah. Karena keimanan bisa tergadaikan jika meyakini dan meminta bantuan pada sesuatu yang tidak jelas. Saatnya negara ini maju dan berkembang dengan tetap berpegang dengan budaya dan agama, dan tak lagi berpikir klenik dalam segala kehidupannya.
“Untuk membentengi diri dari magic maka kita harus positip thinking dan mendekatkan diri pada Tuhan, apapun agamanya. Kalau muslim ya banyak doa, doa selamat dunia akhirat atau ayat kursi. Selalu berusaha menjadi manusia baik, karena Tuhan pasti beserta mahluk Nya yang baik,” pungkas Dimas, demikian diwartakan Harianterbit.
(*/arrahmah.com)