JAKARTA (Arrahmah.com) – Relawan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) kembali ke tanah air usai melaksanakan misi kemanusiaan di Gaza, Sabtu (7/2). Kepulangan relawan yang terdiri dari bidang medis dan logistik ini menyusul himbauan dari KBRI di Mesir agar
relawan medis Indonesia keluar dari Gaza terhitung mulai Jumat (5/2).
Namun, empat relawan BSMI masih ada yang bertahan di Raffah, Mesir, menunggu perkembangan di Gaza terkait meneruskan pengiriman bantuan-bantuan ke Gaza. Sedangkan sumbangan masyarakat yang terkumpul BSMI per 3 Februari adalah 6 milyar rupiah.
Pengiriman tim relawan ke Gaza dilakukan secara kontinyu sejak Israel melancarkan agresi militernya. Pertama, BSMI mengirimkan relawan bersama tim Depkes 1 Januari sebanyak dua ahli medis ke Palestina. Kemudian BSMI kembali mengirimkan relawan sebayak 18 ahli medis dan logistik ke Gaza. Selain itu juga, BSMI mengirimkan kembali untuk ketiga kalinya relawan medis ke Jalur Gaza.
Selama di Gaza, tim medis BSMI melakukan tugas-tugas kemanusiaan dan pemberian alat-alat medis, diantaranya menyerahkan bantuan alat-alat medis. Relawan BSMI terdiri dari dr. Basuki Supartono, dr. Adang Sudrajat, dr. Dadang Rukanta, dr. Kiagus Erick, dr. Jamaluddin, dr. Prita Kusumaningsih, dr, Fuady Yatim, dr Sahudi, M. Djazuli dan M. Rudi turut membantu para pasien. Diantaranya dengan melakukan operasi bedah tulang dan bedah umum di RS Asy Syifa, operasi katarak dan terapi avasin di RS Uyun di Gaza, serta melakukan terapi kejiwaan di RS Psikiatri di Gaza.
Menurut dr. Basuki Supartono, selama di Gaza, BSMI menemukan bukti-bukti kebrutalan Israel, diantaranya penggunaan bom fosfor putih yang telah dilarang oleh PBB. Bukti-bukti ini ditemukan pada sejumlah pasien yang sebagian besar adalah warga sipil yang mengalami luka bakar pada kulit hingga tulang. Bukti-bukti lainnya adalah tempat-tempat ibadah, baik masjid maupun gereja, yang hancur, juga mobil ambulans yang ringsek akibat dibom Israel.
Kualitas manajemen di RS di sekitar Gaza dibantu oleh BSMI sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien. Selain itu. sistem komputerisasi di RS perlu ada perbaikan-perbaikan sehingga data-data tersimpan dengan baik. Sistem keperawatan untuk menolong korban-korban di RS sekitar Gaza juga tidak berjalan maksimal sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan.
“BSMI terus mengimbau kepada dunia internasional agar membuka perbatasan ke Palestina. Jika blokade di buka oleh Israel, maka pembangunan dalam rekonstruksi dan rehabilitasi bisa berjalan lancar” ujar dr. Basuki Supartono. Menurutnya, rencana pembangunan rekonstruksi dan rehabilitasi akan kesulitan jika terus diblokade oleh Israel. Hal itu akan mengakibatkan tersendatnya pasokan material dan alat medis ke RS yang akan dibangun.
Dr. Basuki mengungkapkan, akibat ditutupnya perbatasan, sejumlah rumah sakit di Gaza terbengkalai. Ia mencontohkan rumah sakit bedah di Gaza yang sudah tiga tahun terbengkalai akibat tidak adanya pasokan bahan bangunan dan alat-alat medis. BSMI juga akan menghimbau kepada Komnas HAM Internasional agar Israel dihukum sebagai kejahatan perang saat menjadi agresor ke Gaza Palestina. (Hanin Mazaya/bsmi/eramuslim)