BIMA (Arrahmah.com) – Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) terkait kasus penembakan terduga teroris di Bima dan di Dompu membeberkan hasil temuan sementara. Berdasarkan penelusuran dan investigasi lapangan, TPF menemukan indikasi kuat yang membantah pernyataan Kepolisian bahwa Bahtiar Abdullah (35), merupakan salah seorang pelarian Poso.
Di depan sejumlah jurnalis lokal dan nasional, Ketua TPFR Hadi Santoso, ST, MM, mengungkapkan temuan ini merupakan salah satu hasil investigasi lapangan dan wawancara yang dilakukan tanggal 11 sampai 12 Januari kemarin. TPFR memperoleh lebih dari 12 kesaksian yang membenarkan bahwa terduga tindak teroris yang ditembak mati oleh Densus 88 itu tidak pernah pergi atau kembali dari Poso Sulawesi Tengah.
“Semua saksi yang kami temui, baik keluarga, rekan bisnis, maupun tetangga korban Almarhum tidak ada yang membantah bahwa enam tahun terakhir ini Bahtiar tidak pernah melakukan perjalanan ke Poso dan sebaliknya,” ungkap Hadi dalam jumpa pers di Kota Bima hari Minggu (13/1/2013).
Hal ini juga, menurut Hadi, sekaligus membantah pernyataan yang kerap dilontarkan Kepolisian, yang menuding Bahtiar sebagai salah satu pelarian Poso yang hendak melancarkan aksi terornya di wilayah Bima dan Dompu.
Ketua TPFR ini juga mengungkapkan, tim yang melakukan investigasi kasus penembakan Bahtiar berjumlah lima orang yang berasal dari berbagai unsur organisasi dan profesi. Sejak dibentuk tanggal 9 Januari lalu, tim yang bekerja dengan anggaran swadaya ini mencoba menelusuri berbagai fakta dibalik beberapa kejadian besar yang terjadi di wilayah Bima dibalik stigma dan pemberitaan yang terkadang tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Lanjutnya, dalam menjalankan tugasnya, TPFR terkendala diantaranya TPFR sangat berat untuk membuka secara terus terang dari sumber-sumber yang ditemui karena mereka mengalami traumatik yang sangat luar biasa terhadap pihak kepolisian.
Mereka sangat khawatir bahwa kami berasal dari pihak kepolisian dan mereka juga khawatir jika keterangan itu akan dibawa ke kepolisian serta takut dianggap sebagai jaringan terorisme seperti yang diarahkan di daerah Bima.
Serta, terkendala dalam hal belum adanya data pasti dari pihak Kepolisian. Hadi mengaku, pernyataan yang dikeluarkan dari tingkat Polres, Polda, maupun Mabes Polri mengenai identitas para terduga yang ditembak mati dan ditangkap, serta jumlah dan jenis barang bukti yang diamankan selalu berubah-ubah. Hal ini membuat kerja timnya semakin berat dengan tidak jelasnya data awal dalam melakukan investigasi.
Misalnya, terkait masalah korban pernyataan yang muncul adalah Roy dan Bahtiar, akan tetapi ada pula pernyataan korban adalah Roy dan Dimas antasari. Pernyataan Mabes polri terkait barang bukti bahan peledak menyebutkan antara 40 sampai 50 Kg bahan pembuat peledak. Sementara itu, Pernyataan Kapolres Dompu saat memaparkan kronologis kejadian, menyebutkan bahwa bahan peledak yang ditemukan sebanyak 20 Kg. Awalnya Mabes Polri mengungkap, senjata yang ditemukan jenis rakitan. Sekarang pernyataan Polri yang sering dirilis media massa, menyatakan senjata yang digunakan mereka adalah jenis FN dan revolver.
Hal ini merupakan dasar keraguan TPFR atas data-data internal kepolisian. Jika menyangkut barang yang sudah ditangan Kepolisian saja terjadi perbedaan, bagaimana halnya dengan data intelijen selama ini, termasuk terkait data-data pihak-pihak yang terlibat aksi terorisme?
“Keterangan dari pihak Kepolisian tidak sinkron satu sama lain, kami mohon Kepolisian segera memfinalisasi data agar ada kejelasan dalam masyarakat,” tegasnya
Menurut Hadi, ini adalah laporan investigasi Team tahap I, yang akan dilanjutkan dengan agenda-agenda lain, dan akan diungkapkan hasilnya kepada publik. Dimana setelah smua agenda investigasi tuntas akan dibuatkan laporan resmi kepada semua pihak terkait, seperti Pemda, Pemprov, DPRD, DPR RI, Presiden, Komnas Ham, KontraS, MUI Pusat, Ormas-ormas Islam,Lembaga-lembaga Bantuan Hukum. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Mahkamah Internasional.
Ia pun berharap semua pihak untuk mensupport TPFR agar dapat meneyelesaikan agenda-agenda yang direncanakan dengan baik.
“Kami membuka diri dan sangat mengharapkan dukungan moril dan tenaga dari smua elemen masyarakat Bima, dan Bangsa Indonesia umumnya untuk kemudahan agenda-agenda TPFR Bima,” tutupnya. (bilal/dbs/arrahmah.com)