DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyerukan Damaskus Suriah pada hari Kamis (31/5/2012) untuk menghentikan serangan, dengan mengatakan para pengamat PBB yang memantau gencatan senjata tidak ada di sana untuk menyaksikan pembunuhan orang tak bersalah.
“Kami ada di sini untuk mencatat pelanggaran dan untuk berbicara sehingga pelaku kejahatan dapat dimintai pertanggungjawaban,” kata Ban pada KTT Aliansi Peradaban, sebuah forum yang mempromosikan pemahaman antara dunia Barat dan Islam, beberapa hari setelah lebih dari 100 orang dibantai di kawasan Houla Suriah.
“Semakin banyak masyarakat internasional yang tahu,” Ban mengatakan, “semakin besar kemungkinan bahwa kami bisa melangkah maju pada tujuan kami yang paling penting, yakni untuk membantu menemukan solusi politik, solusi yang akan membawa keamanan dalam kehidupan serta mewakili kepentingan seluruh rakyat Suriah.”
“Izinkan saya menyatakan dengan jelas, PBB tidak menyebar di Suriah hanya untuk menjadi saksi pembantaian orang tak berdosa,” katanya.
“Kami tidak memainkan peran sebagai pengamat pasif atas kekejaman yang tak terkatakan.”
Ban mengatakan bahwa utusan PBB Kofi Annan telah menyatakan keprihatinannya bahwa “titik kritis” mungkin telah tercapai di Suriah.
“Pembantaian terhadap warga sipil yang terlihat akhir pekan lalu bisa menjerumuskan Suriah ke dalam bencana perang sipil,” kata Ban.
“Saya menuntut bahwa pemerintah Suriah bertindak atas komitmennya berdasarkan rencana perdamaian Annan. Komunitas internasional bersatu menuntut tindakan bertanggung jawab dari pemerintah Suriah pada pada rakyatnya.”
Ban mendesak negara-negara untuk berbicara lebih tegas dalam rangka menyelesaikan perlakuan terhadap umat manusia yang tidak lagi manusiawi.”
“Kami mendengar banyak tentang ‘benturan peradaban’ – antara masyarakat mayoritas Muslim dan Barat,” katanya. “Hal ini tidak terjadi di Suriah. Di sana hanya terdapat cerita lama dari tirani yang terus berusaha untuk memegang kekuasaan. Dan untuk itu, rezim mengancam untuk memperburuk ketegangan antara beragam kelompok di Suriah, seperti yang kita lihat di bekas Yugoslavia dua dekade lalu.”
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada dunia untuk memperhatikan keputusasaan keluarga yang anaknya dibantai di Suriah.
Ia mengatakan agar dunia tidak tinggal diam dalam menghadapi penindasan ini. (althaf/arrahmah.com)