ACEH (Arrahmah.com) – Setidaknya tiga pengungsi Rohingya meninggal pekan ini sejak mereka berhasil mendarat di Indonesia setelah tujuh bulan di laut.
Ketiga pengungsi ini termasuk ke dalam 296 muslim Rohingya yang mendarat di Aceh, Senin (7/9/2020).
Dua pertiga dari mereka adalah wanita dan anak-anak yang kondisinya memang telah lemah dan kesehatan yang buruk akibat terapung-apung berbulan-bulan di lautan.
“Kondisi mereka sangat mengerikan,” kata Rima Shah Putra, direktur lokal LSM Geutanyoe Foundation yang berbasis di Aceh. “Kami harus membakar pakaian yang mereka gunakan sebelumnya karena mereka tidak bisa mandi atau berganti pakaian. Mereka kelaparan. Sekitar 30 dari mereka tewas dalam perjalanan dan mereka melemparkan semua mayat ke laut.”
Menurut Geutanyoe, Norkolima (21) meninggal pada hari Selasa (8/9) ketika sampai di tempat penampungan pengungsi. Dia sebelumnya telah diperiksa oleh dokter setelah pingsan dan mengeluh sakit kepala yang parah dan masalah pernapasan.
Wanita lainnya, Senwara Begum (9), dan seorang pria, Hilal (22), meninggal kemudian di rumah sakit. Empat orang lainnya saat ini masih dalam kondisi serius.
Geutanyoe mengatakan para pengungsi menunjukkan tanda-tanda trauma mental dan penganiayaan fisik.
Chris Lewa, dari LSM Arakan Project, mengatakan bahwa setiap keluarga yang ada di kapal diharuskan membayar pada penyelundup sekitar 10.000 ringgit Malaysia (£ 1.800) kepada para penyelundup.
Mereka pun kerap menuntut pembayaran tambahan apabila warga Rohingya meminta makanan dan berusaha menghubungi keluarga karena merasa ditahan begitu lama.
“Orang-orang ditahan di atas kapal sampai uangnya dibayarkan,” katanya. “Jadi itulah mengapa perahu sampai selama berbulan-bulan di lautan.” (hanoum/arrahmah.com)