Negara Mesir, Turki dan Tunisia melarang peredaran majalah dua bulanan asal Perancis Historia Thématique edisi Januari-Februari, karena telah menampilkan sebuah gambar yang oleh majalah itu disebut gambar Nabi Muhammad saw.
Gambar itu dimuat bersama sebuah artikel yang mengulas tentang fundamentalisme dengan judul “The Major Religions Confront their Old Demons.”
Redaktur Pelaksana majalah tersebut, Pierre Baron menyebut larangan oleh ketiga negara itu sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi. Ia mengaku kaget dengan larangan tersebut dan berargumen bahwa gambar itu ditemukan di sebuah musium Turki dan Seni Islam di Istanbul. Gambar yang diklaim sebagai gambar Nabi Muhammad saw itu adalah hasil lukisan seorang laki-laki asal Persia pada tahun 1583. Bangsa Persia memang sudah biasa menggambarkan sosok tokoh-tokoh agama dan terkenal, termasuk sosok sahabat-sahabat Rasulullah.
Pada surat kabar Perancis Liberation, Baron mengaku terkejut negara sekular seperti Tunisia melarang peredaran majalahnya. Ia memuji Maroko, yang tetap mengizinkan peredaran majalah itu meski Maroko dipimpin oleh orang konservatif dan di negara itu terdapat partai Islam yang cukup berpengaruh, Partai Pembangunan dan Keadilan.
Dalam editorialnya, majalah itu menyebut pelarangan itu ‘eksplosif’ dan mengecam orang-orang yang dianggapnya tidak toleran terhadap orang lain.
Organisasi wartawan Reporter without Borders yang berbasis di Paris juga mengecam larangan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi. (ln/iol/era)