Pertikaian soal penggunaan kata “Allah” antara Muslim dan umat Kristiani di Malaysia makin tegang. Sejumlah jamaah, kebanyakan anak-anak muda dari dua masjid utama di Kuala Lumpur melakukan aksi protes usai salat Jumat (8/1/2010) dan tiga gereja dilaporkan menjadi sasaran serangan dengan menggunakan bom molotov.
Sekitar 50 anak muda membawa spanduk dengan tulisan “Bid’ah muncul dari kata-kata yang salah digunakan” dan “Allah hanya untuk kami”. Dalam orasinya mereka bersumpah akan membela Islam. “Kami tidak akan mengijinkan kata ‘Allah’ ditulis di gereja-gereja,” kata seorang anak muda dengan menggunakan pengeras suara usai salat Jumat di Masjid Kampung Bahru.
“Islam diatas segalanya. Setiap warga negara harus menghormatinya. Saya berharap pengadilan bisa memahami perasaan mayoritas Muslim di Malaysia. Kami akan berjuang sampai mati untuk masalah ini,” kata Ahmad Johari, jamaah dari Masjid Nasional.
Aksi tersebut dilakukan di halaman masjid karena kepolisian Malaysia melarang aksi protes di jalan-jalan. Para pengunjuk rasa membubarkan diri dengan tertib setelah selesai melakukan aksi protes.
Banyak kaum Muslimin di Malaysia yang berang dengan keputusan Pengadilan Tinggi Negeri Jiran itu yang membatalkan larangan penggunaan kata “Allah” oleh gereja-gereja Katolik termasuk dalam barang cetakan serta surat kabar Katolik “Herald”.
Polemik itu bukan menimbulkan ketegangan antara komunitas Muslim yang meliputi 60 persen dari total penduduk Malaysia dengan umat Kristiani, tapi sudah melebar menjadi tindakan anarkis. Tiga buah gereja di Kuala Lumpur, dilaporkan diserang oleh sekelompok orang pada Jumat (8/1) dinihari.
Polisi Malaysia mengatakan, serangan pertama menimpa Gereja Metro Tabernacle yang terbakar akibat lemparan bom molotov. Api merusak lantai pertama dan tidak ada korban dalam insiden yang terjadi lewat tengah malam itu.
Kepala Polisi Kuala Lumpur, Mohammad Sabtu Osman mengatakan, seorang saksi mata melihat empat orang dengan menggunakan dua sepeda motor memecahkan jendela Gereja Metro Tabernacle dan melempar sesuatu ke dalam gereja lalu melarikan diri. Polisi menemukan sebuah kunci inggris, kaleng bensin yang sudah kosong dan dua helm yang terbakar di lokasi kejadian.
Beberapa jam kemudian terjadi serangan ke dua gereja lainnya. Satu gereja rusak dan satu gereja lagi tidak mengalami kerusakan berarti. Pelaku serangan ke ketiga gereja tersebut, belum tertangkap dan belum diketahui apakah serangan itu terkait dengan pertikaian soal penggunaan kata “Allah” yang sedang panas di Malaysia.
Sejumlah pejabat di Malaysia mengecam aksi anarkis itu. PM Malaysia Najib Rajak menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk mencegah aksi serupa. Mendagri Malaysia, Hishammuddin Hussein mengungkapkan bahwa para petinggi pemerintah di Malaysia sangat prihatin melihat perkembangan situasi itu.
“Kami tidak ingin masalah ini meluas menjadi insiden tertentu … saya menegaskan hal ini bukan hanya pada kalangan minoritas saja tapi pada seluruh rakyat Malaysia dan siapa pun yang di Malaysia, bahwa mereka semua aman di negeri ini,” kata Hishammudin pada para wartawan. (eramuslim)