BENGHAZI (Arrahmah.com) – Libya menutup ruang udaranya di sekitar bandara Benghazi sementara waktu karena tembakan anti-aircraft oleh kelompok Islam yang menargetkan drone AS yang terbang mengitari kota beberapa hari setelah Duta Besar AS dan tiga staf nya tewas dalam serangan di gedung Kedubes AS di Benghazi.
Penutupan bandara mendorong spekulasi bahwa Amerika serikat sedang mengerahkan pasukan khusus dalam persiapan untuk serangan terhadap “militan” yang terlibat dalam serangan di Kedubes AS.
Seorang pejabat Libya mengatakan pesawat mata-mata terbang di atas kompleks kedutaan AS, mengambil foto dan memeriksa lokasi “kelompok militan radikal” yang diyakini telah merencanakan dan melancarkan serangan terhadap konsulat AS pada Selasa (11/9/2012).
Kelompok Islam dilaporkan menggunakan senjata anti-aircraft untuk menembak pesawat mata-mata AS, memaksa otoritas boneka Tunisia untuk menutup bandara dengan mengklaim mereka takut akan keselamatan penumpang.
“Dua drone AS terbang di atas Benghazi semalam dengan pengetahuan dari otoritas Libya,” ujar Wakil Menteri Dalam Negeri, Wanis al-Sharif kepada Reuters.
“Mereka terlihat oleh mata dan diserang menggunakan senjata anti-aircraft oleh kelompok militan bersenjata.”
“Untuk alasan ini, keamanan Benghazi memutuskan untuk menutup ruang udara bandara Benghazi. Keputusan memungkinkan operasi apapun di Libya akan dilakukan dalam koordinasi dengan kongres dan pemerintah baru.”
Setelah serangan terhadap gedung Kedubes AS di Benghazi, setidaknya empat staf internasional PBB yang berada di Benghazi ditarik keluar pada Jumat (14/9) untuk alasan keamanan, ujar sumber PBB.
Beberapa diplomat Barat, termasuk konsul Italia juga meninggalkan kota, menurut pejabat Libya. (haninmazaya/arrahmah.com)