ISTANBUL (Arrahmah.id) — Konsulat Israel di Istanbul, Turki, didemo massa pada Senin (31/1/2022) kemarin. Demonstrasi tersebut terkait kebijakan Erdogan yang akan menormalisasi hubungan dengan Israel dan rencana kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke negara tersebut.
“Kami tidak menginginkan “pembunuh bayi” di Turki,” ujar para pengunjuk rasa seperti dilaporkan Press TV (1/2). Mereka mendesak pemerintah Turki menolak kedatangan Herzog.
Para demonstran juga meneriakkan yel-yel seperti “Israel Pembunuh keluar dari Palestina” dan membawa spanduk-spanduk yang bertuliskan antara lain tulisan “Kami tidak menginginkan Presiden Israel Isaac Herzog di Turki.”
“Pertama-tama, Israel adalah negara teroris. Ini adalah hal yang buruk mengundangnya (Herzog) ke negara-negara muslim. Ini benar-benar keliru. Ini pukulan terhadap kaum muslim dan terhadap perjuangan untuk Palestina,” tutur Kamuran Umut, salah seorang demonstran.
“Kami mengecam undangan ini. Israel mesti dihancurkan segera karena mereka menindas warga Palestina.”
Halil Ayyildiz, seorang demonstran lainnya, mengatakan, “Apa yang bisa dilakukan para pemimpin negara-negara Islam dengan pembunuh yang mewarnai dunia dengan darah dan membunuh bayi-bayi? Kita tidak harus tunduk kepada mereka.”
Pada 26 Januari lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan rencana kunjungan resmi Herzog ke Turki pada bulan ini.
“Kunjungan ini dapat membuka sebuah bab baru dalam hubungan antara Turki dan Israel,” ujar Erdogan dalam wawancara dengan stasiun televisi Turki, NTV, seperti dilansir Daily Sabah.
Erdogan menambahkan, pihaknya “siap untuk mengambil langkah-langkah ke arah Israel di seluruh bidang, termasuk gas alam.”
Pada Ahad (30/1) lalu, Presiden Israel tiba di Uni Emirat Arab dalam kunjungan resmi pertama seorang kepala negara Israel.
Kunjungan tersebut dilangsungkan lebih dari satu tahun sejak Abu Dhabi dan Tel Aviv menandatangani perjanjian normalisasi hubungan yang dimediasi Amerika Serikat.
Perjanjian normalisasi tersebut menuai kecaman dari warga Palestina yang memandangnya sebagai sebuah pengkhianatan. (hanoum/arrahmah.id)