JAKARTA (Arrahmah.id) – Ustadz Felix Siauw angkat suara terkait isu childfree yang tengah ramai diperbincangkan. Ia mengungkapkan bahwa pemahaman childfree merupakan kekeliruan teori Barat dalam memahami populasi. Sebagian besar sumber masalahnya ada pada pola pikir.
Childfree mengemuka dalam pemahaman teori Barat dilandasi karena mereka menganggap sumber daya bumi memiliki keterbatasan. Hal itu tidak selaras dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
“Sehingga kebutuhan manusia itu harus dibatasi, karena ketika manusia terus berkembang maka akan terjadi kerusakan,” kata Ustadz Felix seperti dilansir dari kanal YouTube YNTV pada Selasa (21/2/2023).
Propaganda tersebut yang kemudian dibawa oleh Barat ke negara berkembang. Padahal, negara Barat sendiri tengah menghadapi masalah besar terkait polpulasi.
Negara Barat dilanda depopulasi, di mana jumlah penduduknya terus mengalami penyusutan atau pengurangan. Di sisi lain, mereka juga ingin meningkatkan populasinya.
“Karena populasi itu syarat awal untuk bisa membangun peradaban. Jadi kuantitas itu adalah syarat pertama kalau kita berbicara tentang kualitas,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Ustadz Felix menilai tidak tepat bila keinginan agar awet muda menjadi dasar orang-orang untuk childfree. Termasuk mengatakan bahwa anak sebagai beban atau investasi yang tidak logis.
“Maka saya tidak setuju. Padahal, peradaban itu ditopang oleh kuantitas manusia,” tegasnya.
Ustadz Felix juga menambahkan bahwa faktor yang melandasi childfree tersebut adalah pola pikir seseorang dengan angle yang berbeda.
Dalam hal ini, bahkan bisa saja kekayaan menjadi sebuah beban bagi orang-orang yang tidak ingin kekayaan.
“Bahkan anak itu bisa menjadi beban bagi orang-orang yang berpikir dengan cara yang berbeda,” katanya.
Untuk itu, pola pikir tersebut harus diluruskan agar tak salah dicerna oleh masyarakat di Indonesia. Sebab, semua hal baik bisa menjadi beban dengan pola pikir yang keliru.
“Maka yang ingin kita luruskan itu adalah pola pikir yang digunakan tadi. Jadi semua tergantung mindset, karena shalat pun bisa jadi beban,” ujarnya.
Anggapan sesuatu sebagai beban merupakan pola pikir yang sempit. Sebaliknya, pola pikir yang luas, justru akan memudahkan manusia untuk bisa memperoleh hal yang sebelumnya ia tidak dapatkan.
“Ketika pikiran kita luas kita bisa mengakses semua hal yang tadinya tidak bisa diakses, seperti misalnya punya rumah, kendaraan, dan lain-lain,” ungkapnya.
“Hal ini menandakan bahwa anak itu bukan beban, tapi pikiran orang-orang saja yang kurang luas,” tambahnya. (rafa/arrahmah.id)